Hampir tidak pernah terbayangkan Unstoppable akan menyajikan sebuah suguhan yang sangat menyenangkan dan menegangkan seperti ini. Dengan lemahnya The Talking of Pelham 123, saya menduga film ini akan mengalami hal yang sama, bahkan trailernya pun tak membuat saya optimis. Satu – satunya yang bikin saya penasaran adalah kisahnya mengenai kereta api tanpa awak yang meluncur ke pemukiman padat penduduk, terdengar menjanjikan. Jika dalam Pelham Scott agak lambat dalam membangun ketegangan, maka disini dia main hajar tanpa ampun. Tak ada kesempatan buat penonton untuk permisi ke kamar kecil, bahkan datang terlambat 10 menit pun bisa berakibat fatal. Ouch. Ya, Unstoppable memang sungguh mengasyikkan untuk ditonton, walaupun naskahnya tergolong biasa saja. Chemistry antara Washington dan Pine memang tidak begitu kuat tapi masih mending daripada apa yang ditunjukkan Washington bersama John Travolta. Jika kalian mencari film popcorn ringan yang menegangkan, maka Unstoppable adalah jawabannya. Menurut saya, inilah film terbaik dari Tony Scott dalam periode 2000-an setelah sebelumnya menghasilkan sejumlah film aksi yang kurang menggigit. Sungguh disayangkan Unstoppable baru tayang di Semarang tahun 2011 ini, padahal jika film ini tayang serentak 2 bulan yang lalu, jelas akan masuk 20 Film Terbaik 2010 versi saya! Gah.
Exceeds Expectations

Mungkin anak kecil jaman sekarang jarang ada yang mengetahui siapa beruang cerdas bertopi berdasi bernama Yogi ini. Maklum, karakter ini berasal dari serial animasi jadul berjudul The Yogi Bear Show yang mengudara di sekitar tahun 1960-an. Bagi pecinta animasi mungkin mengenalinya apalagi Yogi Bear ternyata sempat pula ditayangkan di Indonesia tatkala animasi bikinan Hanna-Barbera sedang jaya – jayanya disini. Dibuat film layar lebar dalam versi live-action dengan polesan CGI disana sini plus teknologi 3D, Yogi Bear terkesan kurang meyakinkan. Maklum, film adaptasi Hanna Barbera sebelumnya memiliki kualitas yang memprihatinkan meski jika ditilik dari segi komersil bisa dibilang cukup sukses. Eric Brevig yang pernah menyutradarai Journey to the Center of the Earth-nya Brendan Fraser, ditunjuk untuk mengomandoi film ini. Jellystone terancam ditutup karena keserakahan dari walikota (Andrew Daly) yang menganggap taman dimana Yogi Bear (Dan Aykroyd) dan Boo-Boo (Justin Timberlake) tinggal tersebut pendapatannya kurang menguntungkan. Bersama dengan Ranger Smith (Tom Cavanagh) yang sejatinya merupakan musuh bebuyutan Yogi, mereka pun bahu membahu untuk menyelamatkan taman tersebut dibantu oleh Rachel (Anna Faris), pembuat film dokumenter sekaligus love interest dari Ranger Smith.
Mencoba bernostalgia dan menyetting pikiran seperti layaknya pemikiran penonton cilik, rupanya masih tidak berhasil. Yogi Bear adalah film yang ‘mengerikan’ karena saking buruknya. Memang tidak separah apa yang dihadirkan oleh Vampires Sucks atau The Last Airbender, tapi cukup untuk membuat para produser serakah di Hollywood untuk berpikir ulang sebelum membuat adaptasi dari animasi Hanna-Barbera. Dibandingkan dengan pendahulunya macam The Flinstones beserta sekuelnya serta Scooby-Doo beserta sekuelnya, Yogi Bear adalah yang terparah. Tidak lucu sama sekali. Entah bagi para penonton cilik atau fans dari animasi ini, tapi bagi saya ini adalah sebuah lelucon yang tidak seharusnya dibuat dengan plot yang setipis kertas. Humornya garing, tidak segar dan merupakan pengulangan yang ke sekian dari film keluarga sebelumnya. Untungnya Aykroyd dan Timberlake cukup sukses membawakan suara Yogi Bear dan Boo-Boo, jika tidak mungkin saya akan menyandingkan film keluarga ini dengan dua film buruk di atas. Dengan CGI dan 3D yang juga biasa – biasa saja, alangkah lebih bijak jika Yogi Bear langsung diterjunkan ke dalam bentuk DVD atau film TV saja.
Poor

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.