
#Synopsis:
Raden Mas Rangsang (Marthino Lio & Ario Bayu) adalah seorang anak dari keluarga kerajaan. Ayahnya adalah Panembahan Hanyakrawati dan ibunya, Gusti Ratu Banawati (Christine Hakim). Meskipun Mas Rangsang adalah keturunan ningrat, ia tidak mau tinggal dan besar sebagai di lingkungan kerajaan. Ia lebih senang membaur dengan masyarakat. Ia juga dibesarkan dan diasuh oleh Ki Jejer (Deddy Sutomo) agar bisa lebih dekat dengan warga. Selama berbaur dengan masyarakat biasa, Mas Rangsang berkenalan dengan banyak orang. Salah satunya ia berkenalan dan dekat dengan Lembayung (Putri Marino & Adinia Wirasti). Lembayung sendiri adalah seorang wanita tangguh yang menguasai bela diri dan panahan. Beranjak dewasa, Mas Rangsang mau tak mau harus menggantikan posisi sang ayah yang wafat. Awalnya pengganti Panembahan Hanyakrawati bukanlah Mas Rangsang, istri pertamanya almarhum yakni Gusti Ratu Tulung Ayu (Meriam Bellina) memiliki kandidat lain. Namun atas dasar suatu hal, posisi pengganti tersebut batal dan digantikan oleh Mas Rangsang.

Gelar Sultan Agung Hanyakrukusuma yang Mas Rangsang dapatkan ternyata bukanlah perkara mudah karena pada saat menerima gelar tersebut, ia masih berusia remaja. Tugas Sultan Agung kala itu cukuplah berat. Ia harus menyatukan adipati-adipati di tanah Jawa yang terpecah belah gara-gara kedatangan VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen (Hans De Krakker).
Ketika beranjak dewasa, kisah asmara Sultan Agung juga mendapat cobaan. Perempuan yang ia cintai yakni Lembayung tak bisa ia nikahi lantaran Sultan Agung diharuskan menikah dengan keturunan ningrat juga. Sultan akhirnya menikahi Ratu Batang (Anindya Putri) meskipun ia tidak mencintainya.
Suatu hari, kemarahan Sultan Agung memuncak ketika VOC datang ke Mataram. Pihak VOC awalnya hanya berjanji hanya akan menjalin kerjasama saja dengan kerajaan Mataram, tapi ternyata tanpa persetujuan Sultan Agung, VOC malah membangun kantor di wilayah Batavia. Mendapat informasi seperti itu tak membuat Sultan Agung diam. Ia dibantu oleh pamannya, Tumenggung Notoprojo (Lukman Sardi), Kelana (Teuku Rifnu Wikana) dan yang lainnya untuk merencanakan perang di Batavia sampai meninggalnya Coen dan runtuhnya VOC disana.

Selama perjalanan menuju Batavia, Sultan Agung harus menghadapi berbagai rintangan dan pengkhianatan dari berbagai pihak. Serangan pertama yang melibatkan ribuan prajurit dari kerajaan Mataram ternyata tak berhasil meruntuhkan kekuasaan VOC. Melihat kegagalan pada serangan pertama, Sultan Agung kemudian berantisipasi mendirikan lumbung padi dikawasan yang tak jauh dari Batavia sebagai strategi untuk menaklukan VOC. Namun cara tersebut lagi-lagi gagal. Meskipun serangan kedua yang dilakukan oleh Sultan Agung dan prajuritnya gagal, namun disisi lain, mereka berhasil membendung dan mengotori sungai Ciliwung yang mengitari Batavia. Tercemarnya sungai Ciliwung menimbulkan wabah penyakit dan dan kolera di Batavia. Jan Pieterzoon Coen menjadi korban dari wabah penyakit dan akhirnya meninggal.
Usai kematian pimpinan VOC, Sultan Agung menghidupkan kembali padepokan tempatnya belajar untuk melestarikan tradisi dan budaya-budaya kerajaan Mataram.




, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.







