Ending Explained

Penjelasan Ending : The Wailing (2016)

Bagi temen-temen yang sudah nonton film The Wailing mungkin ada diantara kalian yang bertanya-tanya tentang ending dari film ini. Beberapa dari kita bahkan mungkin punya interpretasi sendiri. Disini kami akan mencoba memberikan penjelasan tentang apa aja yang terjadi dalam film The Wailing. Apa saja dia? Akan kita bahas disini.
Sebelum lanjut, kami pastikan bahwa ini hanya untuk yang udah nonton aja, karena penuh dengan spoiler, jadi buat temen-temen yang belum nonton filmnya bisa baca review non spoilernya di link yang

Siapa sebenarnya si kakek Jepang ini?
Sang kakek sebenarnya adalah manusia, namun ia sesekali dirasuki oleh iblis yang merupakan “tuan” mereka berdua. Ketika dalam mode manusia, sang kakek adalah seorang dukun juga, tapi dukun hitam alias jahat, yang bertugas menebar teror ke desa lewat santetnya. Ia melakukan ritual santet terhadap korban melalui perantara benda yang ia ambil, seperti sepatu Hyo Jin. Setelah korban kena santet maka korban akan mulai mengalami gejala ruam merah pada kulit mereka, lalu beberapa waktu kemudian mereka kehilangan kewarasan dan melakukan pembunuhan terhadap anggota keluarganya sendiri.

Jika kita perhatikan lebih detail, jimat dari wanita ini juga dapat kita jumpai di awal-awal film saat Jong Goo mendatangi kasus pembunuhan pertama. Bukti bahwa wanita itu adalah dukun baik dan melawan ilmu hitam juga ditunjukkan lewat scene dukun Il-Gwang yang hidungnya berdarah-darah saat mencoba melewati jimat yang ia pasang. Il-Gwang bereaksi terhadap jimat tersebut karena memang dalam diri Il-Gwang terdapat ilmu hitam.
Pertarungan antar dukun adalah tipuan scene
Nah catatan penting disini adalah scene dimana dukun Il-Gwang melakukan ritual pengusiran santet, itu adalah optical illusion yang sepertinya sengaja ditarok untuk menipu penonton. Dalam scene tersebut seolah-olah Il-Gwang bertarung melawan kakek Jepang yang juga melakukan ritual, padahal yang terjadi sebenarnya adalah itu kejadiannya dalam waktu yang berbeda. Il-Gwang melakukan ritual untuk memperkuat santet dalam diri Hyo-Jin, liat saja setiap yang dilakuin Il-Gwang berakibat sama kepada Hyo-Jin. Sementara ritual kakek Jepang diwaktu yang berbeda untuk menjadikan mayat di dalam mobil pick-up dirasuki iblis dan hidup kembali, mungkin si kakek mau menggunakannya sebagai zombie untuk melawan Jong Goo dkk. Tapi saat ritual ini dilakukan mendapatkan perlawanan dari si wanita misterius, yang sepertinya lebih kuat dan berhasil melumpuhkan si kakek Jepang hingga dia ketakutan masuk kamarnya.
Makna lemparan batu si wanita berpakaian putih?
Ini adalah referensi dari injil yang bunyinya “Let he who is without sin cast the first stone”, yang artinya kurang lebih “Yang boleh melempar batu hanyalah dia yang suci alias ga punya dosa”, maknanya dalam film ini adalah menyindir sikap main hakim sendiri yang dilakukan oleh Jong Goo, yang seharusnya tidak bole dilakukan, karena untuk menghakimi seseorang (yaitu melempar batu) hanya boleh dilakukan oleh seorang yang berhak (alias yang ga punya dosa).
 
Apa tema dari film ini?
Film ini memiliki tema tentang iman. Dibuka dengan ayat dari injil, kemudian di metaforakan dalam film horor. Jong Goo, adalah kita banget, manusia, yang kurang imannya, dia tidak punya cukup kepercayaan dan membuat keluarganya terbunuh. Tapi ya kita juga ga bisa nyalahin Jong Goo, karena memang akan sulit bagi siapa pun untuk mengambil keputusan saat kondisi seperti itu. Kemudian scene si kakek Jepang mancing dengan umpan, itu juga beberapa kali repetitif dalam film bahwa yang iblis lakukan hanyalah menebar umpan dan menggoda manusia untuk sesat, tinggal kita sebagai manusia apakah termakan umpan atau tidak.
Dan saat si pendeta muda menemui si kakek Jepang dalam gua, si kakek bilang “Jika anda sudah percaya saya iblis, maka saya adalah beneran iblis.”. Nah coba dibalik seperti ini : “Jika anda tidak percaya adanya Tuhan, maka tidak ada lah Tuhan itu.” Intinya adalah iblis/Tuhan tidak perlu menunjukkan dirinya sendiri agar kita percaya pada keberadaannya, tetapi kita sering berharap iblis/Tuhan untuk menunjukkannya kepada kita baru deh kita percaya ada. Ini juga repetitif dalam kalimat pendeta tua di gereja : “Bagaimana kamu bisa meyakini sesuatu yang tidak kamu lihat dengan mata kamu sendiri?”.
Dan pertarungan antara wanita dengan kedua dukun antagonis adalah representasi dari good vs bad, angel vs evil, dan diantaranya ada para korban yang “innocent” seperti Hyo-Jin. The Good mengambil barang bagian atas korban (Cardigan, jaket dan pita) sebagai simbol untuk melindungi mereka, sementara The Bad ngambil bagian bawah (sepatu) sebagai simbol untuk menjatuhkan mereka.
 

Oke demikian penjelasan ending film The Wailing. Jika temen-temen punya pemikiran lain, silahkan komen ya. Mana tau ada yang salah atau terlewatkan. Thanks for visiting.
 

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top