2019

REVIEW : THE MYSTERY OF THE DRAGON SEAL

“I’ve been waiting for this for a long time.”

Saat hamba mengira tahun 2020 ini
mustahil untuk semakin aneh dan random,
tiba-tiba diri ini menyaksikan sebuah film berjudul The Mystery of the Dragon Seal yang mengedepankan Jackie Chan dan
Arnold Schwarzenegger sebagai jualan utamanya. Sebuah film produksi kolaborasi
antara Rusia dan Cina (di dua negara tersebut, film ini telah dirilis pada
tahun lalu) yang membuat saya berulang kali mengucap “what the hell” di sepanjang durasi. Apakah ini pertanda buruk? Well, tergantung perspektif. Jika kamu
mendamba tontonan dengan plot koheren yang di dalamnya mengandung isu-isu
relevan untuk diperbincangkan, maka sudah barang tentu film arahan Oleg
Stepchenko ini tidak semestinya ditaruh dalam daftar tontonan. Tapi jika kamu,
seperti saya, sedang membutuhkan sajian hiburan ringan untuk sejenak
mendistraksi dari cobaan hidup yang menguji kewarasan, The Mystery of the Dragon Seal jelas memenuhi persyaratan.
Merentang cukup panjang hingga mencapai 2 jam, kamu akan disuguhi satu tontonan
bergenre action-adventure-fantasy
yang tingkat random dan absurd-nya tidak ada obat sampai-sampai
akan membuat para penonton kritis bungkam seribu bahasa karena memang, film ini
berceloteh sesuka hati dan memang diniatkan demikian sedari awal.

The Mystery of the Dragon Seal yang merupakan sekuel dari film
Rusia laris manis bertajuk Viy (2014)
ini kembali mengikuti petualangan seorang pembuat peta bernama Jonathan Green
(Jason Flemyng). Sekali ini, Jonathan berniat untuk mengabadikan daratan Cina
dalam wujud peta sehingga dia pun menempuh perjalanan darat dari Rusia menuju
Cina ditemani oleh Cheng Lan (Helen Yao). Seorang perempuan misterius yang
menyamar sebagai laki-laki demi menutupi identitas sesungguhnya sebagai ratu.
Konon, Cheng Lan bersama sang ayah, Master (Jackie Chan), diasingkan ke Rusia
selepas kampung halaman keduanya diambil alih oleh penyihir golongan hitam. Si
penyihir berniat mengambil untung dari penjualan teh berkhasiat di kampung
tersebut yang daunnya tumbuh dari alis seekor naga. Sementara Cheng Lan berniat
untuk menyelamatkan masyarakat di kampungnya, Master yang ditahan di satu
penjara dibawah kekuasaan James Hook (Arnold Schwarzenegger) menemukan celah
untuk melarikan diri selepas menerima surat yang dikirim oleh seekor merpati.
Dalam satu kerusuhan yang dipantik oleh Miss Dudley (Anna Churina), istri dari
Jonathan, yang menjadi sang sahabat pena, Master yang dihadang oleh James pun
menitahkan rekan satu selnya, Peter (Yuri Kolokolnikov), untuk memberikan Segel
Naga miliknya kepada Cheng Lan. Segel ini dipercaya memiliki kekuatan magis
untuk mengontrol si naga penghasil daun teh.

Terdengar rumit? Sayangnya
begitulah cara The Mystery of the Dragon
Seal
bercerita. Alih-alih mengetengahkan pada sepak terjang Jonathan Green
semata, film turut menghadirkan intrik lain yang melibatkan karakter-karakter
baru seperti Cheng Lan beserta keluarga dan rakyatnya, serta Peter yang
rupa-rupanya seorang Tsar. Selama beberapa saat, diri ini sempat kewalahan
untuk menemukan benang merah antar subplot yang begitu riuh dan konyol tersebut
hingga “surat dari merpati” datang. Dari titik inilah level kesenangan yang
sejatinya sempat menguka saat dongeng asal mula daun teh dicelotehkan oleh
Jackie Chan selaku narator, kembali terdeteksi. Dalam menghamparkan elemen
petualangan dan laganya, Oleg Stepchenko mencoba untuk mengombina
sikan segala
referensi yang dijumputnya dari
Pirates
of the Caribbean
sampai film-film fantasi produksi Negeri Tirai Bambu.
Perpaduannya dengan skrip njelimet nan suka-suka gue berisi dialog menggelikan
dan polesan efek khusus yang kurang mulus memang berpotensi untuk membuat film
terjerembab. Tapi kesadaran penuh si pembuat film bahwa karyanya ini memang
lebih cocok disajikan sebagai “hiburan konyol-konyolan” belaka yang tak
semestinya dianggap serius dan keahliannya dalam menjaga tempo penceritaan
belaka memungkinkan bagi
The Mystery of
the Dragon Seal
untuk tampil menghibur tanpa pernah terasa membosankan.
Terlebih,
production value-nya pun
tidak malu-maluin.

Kualitas CGI film ini yang
semenjana mampu dikompensasi oleh bangunan set dan kostum megah yang dibingkai
secara cantik oleh Ivan Gudkov beserta Man-Ching Ng selaku sinematografer.
Hasilnya, memunculkan kesan seperti dilempar ke negeri dongeng yang indah nan
misterius di abad ke-18. Dari penjara yang memerangkap Master, istana yang
dihuni oleh rat
u abal-abal, sampai pertarungan puncak seru yang memberi
kesempatan bagi film untuk memamerkan koreografi laga hasil rekaan anak buah
Jackie Chan (
FYI, production house Spakle Roll Media milik
Pak Jackie juga punya andil besar dalam produksi film ini). Disamping hamparan
visual dan kejenakaan yang muncul dari petualangan para karakternya – baik
sengaja maupun tidak – kekuatan lain dari
The
Mystery of the Dragon Seal
tentu saja bersumber dari jualan utamanya:
tanding antara Jackie Chan dengan Arnold Schwarzenegger. Pertemuan dua aktor
laga tersebut sudah cukup memberikan alasan untuk menonton film ini dan sang
sutradara pun tidak menyia-nyiakan keberadaan keduanya. Setidaknya ada satu
momen emas yang menampilkan mereka saling bak bik buk dengan elemen komedik
yang kental. Memang tidak sampai level “layak dikenang yang membuat rahang
jatuh”, tapi menyaksikan dua Opa ini begitu bersenang-senang melalui
pertarungan yang
absurd nan random jelas pemandangan langka. Kapan
lagi coba kita mendapat kesempatan ini?

Acceptable (3/5)     

*Saat ini Waiting for the Barbarians ditayangkan
secara eksklusif di situs streaming Mola TV. Kalian bisa menontonnya dengan
mendaftar dan membayar paket langganan sebesar Rp. 12.500/30 hari. Murah sekali
dan mudah sekali karena pembayaran dapat dilakukan melalui OVO maupun virtual
account.*


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top