Tahun baru, bulan baru, dan semoga semangat baru. Sebulan ke belakang gw mulai memotivasi diri untuk menjaga mood nonton film, entah di rumah maupun ke bioskop, baik film yang baru pertama kali ditonton maupun nonton ulang yang udah pernah, dan cukup berhasil ternyata. Semoga semangat ini berlanjut, dan sebaliknya semoga pandemi tidak berkelanjutan (Ameeennn…).
Dari antara yang gw baru tonton pertama kali, berikut beberapa judul yang berkesan.
1. I, Tonya
(2017 – Neon/30West)
dir. Craig Gillespie
Cast: Margot Robbie, Sebastian Stan, Allison Janney, Julianne Nicholson, Paul Walter Hauser, Bobby Canavale, Caitlin Carver, Bojana Novakovic

My score: 7,5/10
2. Richard Jewell
(2019 – Warner Bros.)
dir. Clint Eastwood
Cast: Paul Walter Hauser, Sam Rockwell, Kathy Bates, Jon Hamm, Olivia Wilde, Nina Arianda, Ian Gomez



Lewat imajinasi para kreatornya, film ini mengumpulkan empat sosok African-American fenomenal, petinju Muhammad Ali, aktivis muslim Malcolm X, penyanyi tenar Sam Cooke, serta olahragawan/bintang laga Jim Brown, dalam sebuah diskusi satu malam mengenai hidup, cita, prinsip, dan perjuangan mereka. Topiknya mungkin agak berat, membahas apa yang sudah mereka lakukan, dengan nama besar mereka saat itu, terhadap kaum kulit hitam AS yang tak kunjung luput dari diskriminasi. Namun, lewat pengarahan dan performa pemain yang kompak, film ini mampu menujukkan daya tarik dari setiap percakapan serta kepribadian keempat tokoh ini, serta poin-poin yang ternyata masih relevan hingga saat ini. Menariknya lagi, film ini juga punya cukup waktu dalam memberi gambaran konteks sejarah dari tokoh-tokohnya, sehingga bagi yang sebelumnya kurang familier dengan mereka (seperti gw) masih bisa tetap menangkap garis besarnya, dan memahami mengapa keempat nama ini menjadi legenda.

Kali pertama gw nonton film India berbahasa Malayalam dan ketemunya langsung yang unik banget. Penuturannya awalnya agak “penuh”, karena berkisah tentang satu kampung, tokohnya pun semua penduduk kampung–nggak sih, paling 10-an orang yang disorot, dan mereka harus menemukan cara untuk mengatasi berkeliarannya seekor kerbau yang kabur saat akan disembelih. Film ini kemudian berjalan sebagai action lokal, keseruan mengejar-dikejar kerbau di penjuru desa oleh ratusan orang bersarung, yang pada perjalanannya juga menyinggung persoalan hukum (polisi nggak boleh bunuh kerbau), tradisi, ekonomi, dendam pribadi, hingga kemunculan human nature di tengah krisis. Iya, ini action lho, dan pengejaran on foot keliling kampung dari siang hingga malam rupanya nggak kalah seru dengan trek-trekan mobil dan perang-perangan berpeluru, apalagi ditangkap oleh teknik sinematografi yang luar biasa dinamis nan presisi.
My score: 7,5/10

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.






