My Movie Picks of March 2023

Kali ini kreator anime terkemuka Makoto Shinkai menebalkan kisah adventure, dengan tetap menaruh unsur magical dan roman sebagai perekatnya. Kini bahkan sudah nggak pakai segmen khusus di mana lagu soundtrack kerap berkumandang. Konsep mitologinya mungkin tak seinovatif film-film besar Shinkai sebelum ini (Your Name, Weathering with You), dan ada bagian-bagian yang terasa diulur-ulur, namun penuturannya yang linear, olahan ide yang menarik, serta pemandangan-pemandangan baru yang disajikan–tak cuma Tokyo tapi juga banyak wilayah Jepang lain dari Kyuushuu, Shikoku, Kansai, hingga Tohoku–dalam gaya visual realis khas Shinkai masih punya daya pikat yang kuat.

Bagi gw Shazam! (2019) adalah film solo superhero DCEU yang paling memuaskan, tak pelak timbul harapan bahwa sekuelnya ini setidaknya mampu pertahankan apa yang sudah baik di film pertama. Syukurlah, walau ceritanya jadi melebar karena banyaknya karakter, gabungan pembawaan komedik ringan dengan visual fantastikal mencekam mirip horor masih digarap dengan baik, pun sentuhan drama keluarganya juga menyentuh. Terlepas tingkat freshness-nya yang tak sekuat pendahulunya, nggak ada yang benar-benar bisa dikeluhkan dari film ini, pokoknya menyenangkan dan tak menjenuhkan.

Pilihan tepat menjadikan adaptasi kesekian dari board game Dungeons & Dragons ini sebuah fantasi petualangan yang sekaligus komedi asyik. Perjalanan panjang dan luasnya dunia khayal di sini dapat dirangkum lewat kisah aksi sekelompok ‘pahlawan’ berwujud dan berwatak unik, dan rupa-rupa unsur ajaibnya menjadi mudah diserap berkat pembawaan yang riang dan nggak serba serius. Namun, di balik itu, jalinan cerita film ini basically dikonstruksi dengan cukup rapi, dan yang agak tak terduga adalah garapan laganya yang tampil cadas, impactful dan dinamis. Agak lama durasinya, tapi lucu dan seru.