20th Century Fox

Birdman, Sebuah Film Yang Membuat Movie Freaks Orgasme Berulang-Ulang

Wohoho…jangan berpikiran
negatif dulu, hehe…maksudnya adalah film ini akan membuat para movie freaks pada umumnya atau yang
bener-bener maniak film bergenre drama khususnya, akan merasa mendapatkan
kepuasan yang klimaks dalam hal menonton, bisa mencapai berkali-kali sepanjang
100 menit durasi yang dimilikinya. Bagaimana tidak, penampilan akting para cast-nya dalam film ini outstanding banget, 5 stars class, kalo kita nonton seperti di teater beneran mungkin
akan melakukan standing ovation
sebagaimana adegan di dalam filmnya. Bagi kamu-kamu yang mencari film dengan
suguhan akting yang berkualitas tinggi, maka film ini adalah salah satu wajib
masuk daftar tontonan kamu. Mereka disini show off alias nak pamer skill akting.
Gambar : rogerebert.com

Film ini menceritakan tentang
perjalanan karir seorang aktor bernama Riggan Thompson, yang pernah terkenal lewat film superhero “Birdman”-nya. Ia ingin bangkit dan keluar dari bayang-bayang image sebagai “Birdman” yang famous itu, dengan mencoba tantangan
baru dalam dunia akting agar mendapat pengakuan dari penikmat dan kritikus
film. Tantangan itu ada di panggung teater ternama, “Broadway”.

Fyi, memang sesuai aslinya, Broadway Theatres adalah
beberapa teater yang terletak di sepanjang jalan Broadway di kota New York.
Broadway Theatres memang terkenal sebagai legenda pusat aksi teater terbaik
dunia. Disana telah dan selalu banyak dimainkan cerita-cerita panggung yang
bagus-bagus, termasuk juga para pemerannya yang berkualitas top-top. Kalo kata
orang-orang, loe belum lengkap liburan ke New York kalo belum nyicip nonton di
Broadway Theatres.

Kesempatan itu ada dalam sebuah
pertunjukkan teater yang diadaptasi, disutradarai dan diperankan oleh Riggan
sendiri, berjudul “What We Talk About
When We Talk About Love”
. Sangat “menegangkan” bagaimana melihat tokoh
utama, Riggan Thompson ini, must deal
with
semua orang yang ada disekitarnya, yaitu : anaknya yang cute itu (Emma Stone) tapi lack of perhatian dan kasih sayang (sini
biar gue aja yang wakilin, haha…), kemudian ada pacarnya yang sekarang dan
mantan istrinya, lalu produsernya, juga kepada rekan sesama pemeran, dan
penonton serta terakhir sang “villain”-nya
disini yaitu kritikus dan media.

 
Gambar : yeaharip.com

Riggan harus bisa menampilkan
suatu pertunjukkan teater yang dapat memuaskan kritikus sambil tidak melepaskan
kesenangan penonton awam yang datang ke dalam teaternya. Tentu itu bukanlah
pekerjaan yang mudah, dia sedang berada diambang kebimbangan tentang titik
balik perjalanan karirnya. Banyak kejutan dan twist yang ditemui selama pergelarannya, salah satunya yang menarik adalah saat Riggan terkunci dari luar dan masuk teater dalam keadaan hanya mengenakan celana dalam saja memaksa dia mengimprovisasi aktingnya, haha… Menariknya, IMHO (In
My Humble Opinion)
, film ini sepertinya memang merupakan sindirian atau gambaran
terhadap kehidupan nyata sang aktor utamanya sendiri.

Riggan ini kan diperankan oleh Michael
Keaton, aktor kawakan yang udah malang melintang di dunia perfilman Hollywood, baik
itu yang masuk box-office maupun yang
ga. Namun sayang sekali dia belum pernah sekalipun meraih Piala Oscar. Filmnya yang
paling terkenal adalah film Batman di tahun 1989-1992. Nah apakah Birdman itu merupakan
proyeksi dari Batman-nya dia? Hehe… Dan memang 2 tahun terakhir ini Keaton mengeluarkan
kemampuan akting terbaiknya lewat film-film yang jalurnya “Oscarable”. Sebut saja film ini, kemudian Spotlight dan nanti ada
film The Founder.

Yah, sepertinya memang tersirat
kalo Keaton dan Riggan adalah orang yang sama, mempunyai ambisi keluar dari
bayang-bayang dan mencari tantangan baru, mengincar pengakuan dari para
kritikus film. Film Birdman ini sendiri berhasil diakui dengan berhasil meraih
4 Piala Oscar, dan Keaton masuk sebagai nominasi aktor terbaiknya, Bravo! Hasil
kerjasama semua yang “he must deal with” tadi. Sutradara Alejandro J. Innaritu
yang mengarahkan dengan brilian, sajian cinematography terbaik dari Emmanuel
Lubezki, serta cast yang luar biasa
oke seperti Edward Norton, Naomi Watts dan Emma Stone.

Gambar : mmmfilm.net

Tak perlu visual effects yang berlebihan, film ini pun disajikan dengan
sangat unik, yaitu one continuous long
take
, sepanjang film hanya satu angle
yang berjalan mengikuti kemana para aktor berjalan, gila emang Lubezki nih,
serba bisa. Ada satu adegan yang membuat saya “kalah telak” dari si Lubezki ini. Saat adegan Riggan dan mantan istrinya berdialog di depan cermin, angle kameranya hanya berani dari samping, gue bergumam “Hayoo loh..ga berani ambil angle depan cermin kan, karena kameranya ntar bisa keliatan di depan cermin…”, seolah-olah dia denger, tantangan gue langsung dijawabnya, angle kamera bergeser ke depan cermin dan ga ada kamera yang terlihat di cermin, gileee ajiiiibbb…..Lubezki menang banyak dari gue, haha.

Film ini berarti masuk juga ke dalam artikel saya yang berjudul : Film-Film Dengan Gaya Visual Unik, bedanya ini bukan diambil dengan “handycam” pemerannya. Dan tak perlu juga banyak backsound, cuma suara solo drum men! Tetep
aja menggigit suasana, sama rasanya kayak di film The Prestige. Kata-kata yang terucap dari mulut para pemeran pun sangat kritikal dan implisit, wajar jika menang Piala Oscar skenario terbaik. Ini sebuah sajian teatrikal yang memang pantas masuk “Broadway”.

Overall, film ini tuh seperti “lagu
jazz”-nya movie mania, hanya
orang-orang “high class” yang
terhibur menontonnya, kalo yang ga terhibur pasti akan bilang ini film ga jelas,
hehe…no offense ya, hanya ibarat,
selera kan beda-beda, ada yang suka lagu pop, rock, jazz dan dangdut, kalo saya
mah suka semuanya asal bagus, hehe….
Thanks for reading
ya.
JMFC 001 – Om Chan

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top