Cetakan keempat, 2012

“Kadang, masa lalu memang lebih indah dari masa sekarang. Dan bila ada hal yang membahagiakan sekaligus menyedihkan untuk dipikirkan, itu adalah masa lalu yang indah… Seandainya masa lalu itu akan terus menjadi masa kini.” —halaman 224
Stepanych adalah seorang chef patissier terkenal sampai sepenjuru dunia. Ia adalah pencipta Éclair terlezat yang pernah ada. Namun, beberapa tahun belakangan ia hilang dari sorotan media. Keluarganya menyimpan rapat fakta seputar kesehatan Stepancyh. Semenjak dua tahun yang lalu, kondisinya semakin parah, bahkan bisa dikatakan tidak ada lagi kesempatan baginya untuk bisa bertahan.
Mulanya, Katya pergi ke New York untuk mendatangi Kay Olivier yang bekerja sebagai fotografer di bidang kuliner. Sayang sekali rencananya harus tertunda karena Kay mengalami masalah dengan kepolisian. Ia dituduh sebagai pelaku pembunuhan rekan kerjanya. Karena sebuah pisau lipat yang tidak tahu dari mana asalnya yang tiba-tiba saja ditemukan di sakunya. Mau tidak mau, Katya harus mengerahkan segala upaya demi bisa membebaskan Kay, juga agar pria itu dapat memaafkannya dan mereka bisa berdamai kembali dengan masa lalu.
Lalu Katya juga harus ke Indonesia, menemui Lhiver. Sebenarnya, permasalahan pelik mereka ada di Lhiver. Bisa dibilang pria itulah yang merasa paling terluka dengan kejadian yang menimpa mereka dua tahun yang lalu. Lhiver pergi sejauh-jauhnya dari Rusia, dan memilih Surabaya sebagai tempat mengasingkan diri. Di sana, ia menjadi seorang pengajar di universitas dan menjalani kehidupannya yang baru. Dan Lhiver tetap mencoba untuk melupakan kehidupannya yang lama.
Bagi Katya, menemui Lhiver jauh lebih sulit ketimbang Kay, kakaknya. Karena duka Lhiver terlalu dalam. Ia kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya dalam peristiwa itu. Ia bahkan sampai harus pergi jauh dari tempat di mana luka itu terjadi. Pergi dan meninggalkan sisa-sisa kebahagiaannya di sana, demi mencari kebahagiaan baru di tempat yang sama sekali asing baginya.
Ada kalanya batas mimpi dan kenyataan terasa begitu kabur, terutama bila terlalu sering bermimpi. Mimpi seolah adalah hal yang riil, bisa didengar, dipandang, bahkan dikecap. Dan kenyataan malah tampak kabur, dengan benang-benang halus yang membalutnya, juga kesan transparan yang bisa menguap sewaktu-waktu. —halaman 81
Apakah mereka akan kembali bersama? Apa yang menyebabkan persahabatan itu hancur seketika?
Bisa dibilang novel ini spesial. Butuh lebih dari tiga tahun untuk saya dapat menikmati novel ini. Apalagi, teman-teman yang merekomendasikannya adalah orang-orang yang saya kenal tidak terlalu gandrung dengan novel romansa (karena teman-teman yang membicarakan novel ini dan merekomendasikan ke saya adalah anak-anak aktivis keislaman–eh, saya juga termasuk sih hahaha–yang notabene bacaan mereka biasanya tidak jauh dari tema itu pula, dan–kecuali saya–jarang menyentuh novel-novel bertemakan romance). Jadi, wajar kalau saya penasaran.
Sebenarnya, saya nggak bakal menyangka bisa menemukan buku ini (karena memang edisi tahun 2011, bukan novel baru), dan membacanya. Bermula dari keisengan untuk menaruhnya di rak “want to read” di goodreads, dan ternyata, pada suatu hari, saya berjodoh juga dengan bisa memiliki buku fisiknya. Saya jadi percaya dengan kekuatan “want to read” shelves di goodreads, karena sudah beberapa kali list buku yang saya masukkan di situ jadi berjodoh dengan berhasil membaca bukunya. Jadi, sekarang kalau kepingin baca suatu buku, saya langsung klik saja di goodreads, dan semoga menjadi doa.
Jadi pada akhirnya, beberapa bulan yang lalu saya membaca ini juga, yeay. Seperti super mini review saya di goodreads, saya menuliskan: “Selesai kurang dari 24 jam. Setelah penantian ingin membaca buku ini yang terlalu lama.” Ya. Benar-benar lama, bukan?
Seperti khasnya novel-novel Prisca Primasari lainnya (sejauh ini saya sudah membaca tiga bukunya), penulis memiliki kemampuan meramu plot-twist yang juara. Di Éclair ini, penulis berhasil menyimpan kejutannya dengan menebarkan cerita akibat dari sebuah sebab yang masih misteri.
Ada banyak kisah di sini, namun kepiawaian penulis dalam merangkaikan cerita membuatnya pas, dan tidak tumpang tindih. Novel ini juga tidak pure romance karena ada beberapa yang menyerempet ke thriller, seperti saat mengungkap kasus pembunuhan yang dialami Kay. Juga sedikit berbau konspirasi tentang kisah di balik kehidupan Katya dan pekerjaan ayahnya. Dan jangan lupakan pula cerita seputar dunia kuliner yang erat kaitannya dengan Eclair. Membuat saya kepingin sarapan dengan Eclair begitu selesai membacanya.
Dari segi keragaman genre itu, sebenarnya menjadikan novel ini memiliki nilai tambah, karena tidak mudah memadupadankan berbagai cerita dalam satu judul. Namun, bisa jadi justru itu dirasakan sebaliknya oleh pembaca. Saya berada di yang kedua, meskipun saya masih tetap menikmati novel ini dengan baik.
Selain itu, ada pula beberapa kebetulan-kebetulan yang terlalu mendominasi cerita sehingga membuat kesan alamiah ceritanya jadi kurang. Meskipun, jika ditinjau dari pola sebab-akibat, semuanya masih dalam batas kelogisan.
Oh ya ada satu lagi, ternyata memang dulu pernah ada masanya blurb diisi dengan “kata-kata indah” alih-alih tulisan seputar informasi buku. Alhamdulillah sepertinya sekarang sudah nggak nge-trend lagi. Ini membingungkan jujur saja, karena pembaca jadi gambling karena tidak tahu jalan ceritanya bagaimana. Apalagi untuk saya yang nggak mudah tergiur dengan kata-kata indah. Cie.
Overall, saya cukup menikmati novel ini. Rasa penasaran saya bertahun-tahun silam sudah terbayar. Saya jadi tambah suka dengan karya penulis dan ingin menikmati cerita-cerita lainnya.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.
