
Setelah The Night Comes for Us,
satu lagi film Indonesia yang diserahkan jadi Netflix Originals. Guru-Guru
Gokil, film milik Base Entertainment
yang menggaet Dian Sastrowardoyo sebagai salah satu produser ini dilepas menjadi
film asli Netflix dari Indonesia yang bisa ditonton hingga 190 negara. Sebelum
pandemi dating, film ini tentu sudah dijadwalkan menjadi film yang rilis di
Bioskop. Tetapi, sebuah keputusan yang menarik, karena Guru-Guru Gokil akhirnya dirilis di 17 Agustus kemarin lewat streaming service.
Film ini tentu punya kesempatan untuk hadir ke penontonnya dengan
jangkauan yang lebih luas. Penonton yang sudah langganan Netflix memiliki
privilege untuk bisa menyaksikan film arahan Sammaria Sari Simanjuntak ini
terlebih dahulu. Melihat dari jajaran pemainnya, tentu saja menarik. Melihat
performa Gading Marten, Faradina Mufti, Boris Bokir, Asri Welas, bahkan Dian
Sastrowardoyo berada di satu film yang sama dengan genre komedi.
Kisah yang diambil juga punya perspektif yang unik. Berusaha untuk
mengambil dunia pendidikan sebagai latar belakangan ceritanya dengan
tambahan-tambahan intrik lain. Dari trailer, tentu penonton akan tahu, bahwa
film ini bukan sekedar drama komedi slice
of life, tapi juga menggabungkan unsur heist yang jarang ada di peerfilman
Indonesia.

Unik, menarik, tapi kok……
Iya, tapi kok, kayanya kok belum keluar semua potensinya, ya. Ada
banyak hal menarik yang diangkat dari film ini. Dari komedi tentang keluarga,
pendidikan, dan juga sekaligus memberikan kritik tentang pendidikan itu
sendiri. Hanya saja, ceritanya tumpang tindih, ada banyak yang ingin
disampaikan tapi hanya sedikit waktu dan tak mau terlalu memperpanjangkan
durasi film ini sendiri. Jadinya ya….. Guru-Guru
Gokil belum representatif betul dengan kata “Gokil” di dalam judulnya.
Cerita dari Guru-Guru Gokil
ini awalnya datang dari seorang karakter bernama Taat Pribadi (Gading Marten).
Dia adalah anak dari seorang guru yang terkenal di kampong halamannya. Tapi,
Taat berbeda dengan namanya. Dia mencoba untuk memberontak, mencari peruntungan
di kota lain untuk mencari nafkah. Sayang, usaha dia belum membuahkan hasil.
Jadi, Taat harus kembali ke kampung halamannya. Mencari nafkah di sana dengan
jadi profesi yang paling tidak dia inginkan.
Ya, Jadi Guru. Profesi yang ditakutin banget sama Taat. Tapi, ini
salah satu caranya biar dia bisa mendapatkan uang agar bisa mendapatkan
pekerjaan impiannya yang lain. Seketika dia jadi guru pun, ada aja masalahnya.
Bukan cuma masalah pribadi, tapi masalah yang lebih besar. Ada perampokan yang
terjadi di sekolah tempat Taat bekerja. Bersama guru-guru yang lain, seperti
Rahmi (Faradina Mufti), Nirmala (Dian Sastrowardoyo), dan Pak Manul (Boris
Bokir).

Lika-liku kehidupan pak Taat ini memang menarik. Sayang, tak semua
kegelisahan pak Taat bisa tersampaikan dengan baik. 30 menit pertama dari Guru-Guru Gokil ini terasa penuh banget
dengan konflik cerita yang ingin disampaikan. Semacam ada rasa buru-buru untuk
mengenalkan karakter Taat hingga kahirnya masuk ke dalam konflik sebenenarnya
di dalam film ini.
Mungkin benar, jika sang produser di beberapa interviewnya mengatakan
bahwa film Guru-Guru Gokil ini
mengatakan bahwa film ini tak menitikberatkan setting sekolahnya. Tapi, lebih
tentang konflik lain yang lebih besar. Hanya saja, dengan karakter Taat dan
keluarganya yang memiliki background
itu, sepertinya sedikit sayang apabila setting sekolahnya pun tak digali.
Apalagi, dalam konklusinya, film ini menggunakan karakter-karakter pendukung di
sekolah yang berperan penting.
Ini nih yang bikin Guru-Guru
Gokil mungkin kurang terikat dengan karakternya satu sama lain. Tapi, buat
kamu yang menonntonnya sebagai hiburan semata, tentu saja film ini bakal
memenuni ekspektasi. Meski beberapa celotehan komedinya ada beberapa yang
missed, tapi berkat jajaran pemainnya, ada vibe komedi yang bisa terbawa. Dan
nuansa komedi kental itu berasal dari karakter Dian Sastrowardoyo.

Dian
Sastrowardoyo dengan peran kecilnya yang mencuri perhatian.
Memang kita tak bisa mengelak fakta bahwa Dian Sastrowardoyo bisa
selalu bisa mencuri perhatian di film-filmnya. Salah satunya juga di film Guru-Guru Gokil ini. Dalam peran
kecilnya sebagai Ibu Nirmala yang berbeda disbanding karakter-karakter Dian
Sastrowardoyo biasanya, dialah penyelamat filmnya. Setiap dirinya berada di adegan,
berhasil mengubah filmnya jadi lebih ceria.
Tapi, bukan berarti casts yang lain tak bisa bermain dengan prima.
Faradina Mufti sebagai Ibu Rahayu yang judes-judes lucu juga tetap kuat sebagai
pemeran utama dalam perjalanan cerita di Guru-Guru
Gokil. Meskipun, poin ketertarikan sisi lain dari Bu Rahayu ini belum
tersampaikan dengan kuat lantaran cerita-cerita lain yang padat dan membuat
semuanya terdistraksi.
Hanya saja kembali lagi, buat yang ingin nonton film Indonesia lagi di
saat Pandemi, Guru-Guru Gokil ini
bikin rindu nonton film Indonesia di bioskop. Guru-Guru Gokil masih punya cukup amunisi untuk menghibur karena
masih dibuat gak main-main. Isunya juga penting sebagai refleksi meski tak
digali lebih dalam. Masih bisa ditonton meski potensinya bisa diperkuat lagi.


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.