
Hari ini, di pemakaman, ada orang yang dikubur, dan ada orang yang mengubur. Namun sepertinya, kematian mengambil keduanya–satu orang mati dan satu orang hidup. Bukan salah kematian, kurasa. Kematian hanya mengambil satu dari mereka. Masalahnya, yang ditinggal masih berusaha mengejarnya, berharap kematian mau mengembalikan apa yang ia ambil. —halaman 1
Blurb:
“Jam tiga dini hari, sweter, dan jalanan yang gelap dan sepi …. Ada peta, petunjuk; dan Jakarta menjadi tempat yang belum pernah kami datangi sebelumnya.”
Mawar, hyacinth biru, dan melati. Dibawa balon perak, tiga bunga ini diantar setiap hari ke balkon apartemen Emina. Tanpa pengirim, tanpa pesan; hanya kemungkinan adanya stalker mencurigakan yang tahu alamat tempat tinggalnya.
Ketika—tanpa rasa takut—Emina mencoba menelusuri jejak sang stalker, pencariannya mengantarkan dirinya kepada gadis kecil misterius di toko bunga, kamar apartemen sebelah tanpa suara, dan setumpuk surat cinta berisi kisah yang terlewat di hadapan bangunan-bangunan tua Kota Jakarta.
Lalu tiba-tiba ada orang misterius yang mengiriminya surat misterius dengan caranya yang unik. Surat itu dikirimkan dengan balon gas yang lewat dari jendela apartemennya, ditambah dengan bunga hyacinth biru. Pilihan cara mengirim surat yang unik, dan bunga langka yang tidak sembarang bisa tumbuh di Indonesia.
Isi suratnya pun tak kalah misterius. Tentang surat yang bukan atas namanya, dengan setting Jakarta bahari, namun surat itu secara gamblang ditujukan pada dirinya. Reaksi Emina tidak seperti yang seharusnya orang normal mengatasi itu. Temannya mengatakan kalau itu perilaku penguntitan. Namun Emina justru merasa penasaran. Maka dimulailah skenario investigasi yang membawa Emina berkenalan dengan seorang gadis SD yang unik bernama Suki. Suki adalah pemilik toko bunga yang berada tidak jauh dari apartemennya berada. Gadis keturunan Arab-Jepang itu memiliki hobi tak kalah unik yang berkaitan dengan teh. Anak kecil itu terobsesi dengan teh dan upacara minum teh khas Jepang!
Dari Suki, ia kemudian berkenalan dengan Abel, seorang pemuda korban perang Aljazair yang mengidap trauma terhadap suara level kronik. Hubungan yang aneh terjalin antara Emina dengan Abel. Mereka memutuskan untuk menyelidiki surat-surat misterius yang sampai ke tangan Emina dengan menjelajahi lokasi-lokasi kota Jakarta masa kini, yang terhubung dengan setting Jakarta masa lalu yang tertulis di surat-surat misterius itu.
Mengingat partnernya tidak bisa diajak memecahkan misteri ke tempat-tempat itu pada siang hari, maka mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan dini hari dan mengunjungi tempat-tempat itu, berharap dapat memecahkan isi surat dan mengetahui siapa yang dimaksud oleh si penerima maupun pengirim aslinya.
Satu hal yang tidak saya sukai dari keseluruhan novel ini adalah covernya yang mirip sekali dengan I’ll Give You The Sun. Aduh, kenapa bisa kecolongan seperti ini?


Oke mari kita bahas satu per satu. Pertama soal karakter. Saya suka bagaimana cara Ziggy menyampaikan karakternya. Meskipun ini baru novel kedua Ziggy yang saya baca, namun saya suka sekali bagaimana penulis menyampaikan cerita berdasarkan karakternya. Saya membaca Di Tanah Lada yang mana tokohnya adalah seorang anak kecil, narasi dan deskripsinya pas sekali dengan usia dan karakter Salva. Di sini, karakternya adalah Emina yang easy going dan seru. Gaya bahasa yang digunakan pun seolah menyatu dengan karakter itu. (Ehem, saya follow akun twitter Ziggy dan sering stalking juga. Saya rasa Emina ini mirip dengan Ziggy pembawaannya.)
Lalu, plotnya. Wow, saya tidak pernah bisa membayangkan ada beberapa plot aneh dan tidak masuk akal dicampur menjadi satu dan disampaikan dengan cukup masuk akal dan apik! Pertama, tentang sosok gadis metropolitan dengan segala kehidupannya yang… katakanlah bisa saya bayangkan: berjibaku dengan kemacetan jalan rahya, jam kerja, pergaulan kantor (meskipun ini bukan plot utama cerita ini). Lalu, dipadukan dengan cerita tentang seorang pemuda korban perang Aljazair. Saya saking kepo-nya, sampai googling, dan ternyata perang itu benar ada. Timeline-nya pas dengan perkembangan usia si tokoh utama. Tentang kebudayaan Jepang, lalu si bunga hyacinth yang bahkan baru saya dengar di novel ini. Dan mau tahu yang paling mencengangkan? Wah, saya tidak mau spoiler karena bisa dibilang ini salah satu plot kunci. Tapi, sesuatu ini yang benar-benar tidak dapat diprediksi dan bagi orang normal (maaf ya Ziggy, kamu sedikit tidak normal kalau begini, hahaha, ini pujian lho) rasanya susah mencapai “ide” itu dan menggunakannya serta meramu dengan plot-plot lain. Sesuatu itu yang langka, namun bukan berarti tidak ada, karena saya pernah menemukan pembahasan tentang itu di buku Fikih Kontemporer.
Dari segi karakter, juara! Suki mengingatkan saya pada Lyanna Mormont, si gadis kecil pemimpin Klan Mormont di serial Game of Thrones.

Sudahlah. Juarak pokoknya!

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.