G.I. Joe: The Rise of Cobra
(2009 – Paramount)
Directed by Stephen Sommers
Screenplay by Stuart Beattie, David Elliott, Paul Lovett
Story by Michael B. Gordon, Stuart Beattie, Stephen Sommers
Produced by Lorenzo di Bonaventura, Bob Ducsay, Stephen Sommers
Cast: Channing Tatum, Marlon Wayans, Sienna Miller, Christopher Eccleston, Joseph Gordon-Levitt, Dennis Quaid, Rachel Nichols, Arnold Vosloo, Ray Park, Lee Byung-Hun, Adewale Akinnuoye-Agbaje, Saïd Taghmaoui, Jonathan Pryce
Setelah Transformers, hadir lagi film berdasarkan mainan anak laki-laki (garis bawahi kata “anak”), kali ini adalah tentara-tentaraan G.I. Joe lengkap dengan peralatannya yg konon adalah produk “anti-Barbie” ^.^’. Dengan pembukaan seperti ini, harusnya kita udah tau bahwa kemungkinan besar filmnya gak akan jauh beda dari khayalan anak2 yg sedang bermain mainan tersebut. Ditambah lagi formulanya aja “perang2an CGI+berdasarkan mainan+sutradara The Mummy dan Van Hellsing+ salah satu produser seri Transformers=standar cenderung basi”. Karena perkiraan itu gw gak terlalu getol untuk nonton cepet2, gw nonton sekitar hampir 3 minggu semenjak film ini tayang premier di Indonesia, mumpung udah sepi dan udah bulan puasa (nonton di “jam tarawih”, scara gw gak puasa) jadi gak bakalan ngantri dan bisa dapet kursi enak. Lalu, semua itu terjadi sesuai yg gw perkirakan, kecuali filmnya itu sendiri.
G.I. Joe (ada kepanjangannya, tapi lupa,
like I care) adalah sekumpulan tentara multinasional dengan keahlian tinggi dan teknologi super canggih. Ini protagonisnya. Lalu ada juga lawannya bernama Cobra, peralatannya gak kalah canggih, cuman mereka versi antagonisnya. Tapi nyata2nya persenjataan mereka dipasok sama orang yg sama, McCullen (Christopher Eccleston), dan ini bukan spoiler. McCullen punya senjata canggih nanomite yg mirip kutu2 kecil tapi bisa memakan apa saja. Tadinya ini buat NATO, tapi si McCullen secara rahasia dengan bantuan Cobra (ini juga bukan spoiler) pengen ambil dan pake sendiri buat menghancurkan kota2 besar di dunia sehingga seluruh dunia takut dan minta tolong sama dia (praktek monopoli, awas ketauan KPPU tuh). Tugas G.I. Joe, ya apalagi kalo bukan mencegahnya. Intinya sih begitu.
Namun apalah artinya inti itu kalo yg mau ditonjolkan adalah perang2an dan ledak2an dengan peralatan yg (untuk jaman sekarang) mustahil….tapi G.I. Joe untungnya masih eling dan lebih nyangkut di (kalo istilah di Opera van Java) benang merahnya. Inilah yg membuat gw berkesimpulan ini film masih mendingan daripada Ketika Transformers Bertasbih 2 (
credit to Mr. Hamam ^_^) Tambah lagi, film ini ternyata “ada” tokohnya, dan banyak (liat kolom Cast di atas) tapi lumayan bisa diingat. Ditonjolkannya tokoh Duke (Channing Tatum) dan Baroness ((the very lovely Sienna Miller) yg ada pihak berseberangan, dan Snake Eyes (Ray Park) dan Storm Shadow (Lee Byung-Hun) yg juga di pihak berseberangan, lewat beberapa adegan flashback lumayan menjelaskan seteru mereka di masa sekarang…nggak penting sih, tapi lumayan lah. Setidaknya masih ada “manusia” di film ini, dan gw cukup bersimpati pada mereka, apalagi diselipin CLBK Duke dan Baroness dan PDKT si cerewet Ripcord (Marlon Wayans) sama si jenius Scarlett (Rachel Nichols) yg cukup mengimbangi adegan2 actionnya. Soal adegan action yg jadi jualan utamanya, memang cukup fresh meski tetep “ngarang banget” dan khayalan masa kecil banget, tapi nggak menjemukan, lebih bikin melek daripada film Wolverine setidaknya. Adegan kejar2an di Paris seru!
Kalo gw mau jujur, film ini ceritanya (tak disangka) lumayan loh. Adegan2nya “beralasan”, standar tapi ramuan intriknya cukup enak….hanya saja sutradaranya tidak terlalu mementingkan cerita. Sommers kurang punya
sense of storytelling yg baik karena gw merasa segala hal di film ini buru-buru. Nangkep sih gw, tapi gak ngeresep. Bahkan Sommers sepertinya kurang “pamer” kecanggihan teknologi dan tentunya dunia G.I. Joe, semua seperti sambil lalu saja, jatohnya malah kurang keren. Materi standard yg OK, di tangan Sommers jadi sangat standard dan klise, kayak kartun TV atau film2 action kelas B dengan dana lebih, atau kayak film anime Jepang yg didubbing dan diedit ulang di Hollywood, the pace is just too quick. Aktor2nya yah gitu-gitu aja, yg paling bagus mainnya (kebetulan yg seksi juga hohoho) adalah Sienna Miller yg tetep menebar pesonanya ke penonton dibalik rambut hitam dan aksen Amerikanya, she’s lovely indeed @_@ (padahal tadinya gw cuman tau Sienna Miller yg dizalimi sama mantan pacarnya, Jude Law yg selingkuh sama babysitter…hihihi), ternyata dia aktris yg aktingnya sangat okeh utk ukuran film action musim liburan. Sayang musiknya udah lebay, nggak memorable pun. CGI nya bagus tapi yah itu tadi, cuman sambil lalu ajah kliatannya.
Overall, dengan ditonton setelah macet di jalanan Jakarta sekaligus menurunkan derajat IQ dan kedewasaan berpikir, G.I. Joe ini sedikit di atas ekspektasi gw. Gw merasa “sama2 bodoh” dengan filmnya, bukan “dibodohi”, and that’s quite alright with me. Joke2nya boleh bikin senyum sedikit. Endingnya juga sengaja dibuat agar berpotensi sequel (cape deh), tapi tetep tidak semurahan Transformers 2 (gw terus bandingin sama film itu, abis nuansanya mirip sih, mainannya juga satu pabrik). Nggak penting, tapi juga bukan sampah bau ^_^’.
my score: 5,5/10
, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.