
Mirror Mirror
(2012 – Relativity Media)
Directed by Tarsem Singh Dhandwar
Story by Melisa Wallack
Screenplay by Jason Keller, Melisa Wallack
Original story “Snow White” by Jacob Grimm, Wilhelm Grimm
Produced by Bernie Goldmann, Ryan Kavanaugh, Brett Ratner
Cast: Julia Roberts, Lily Collins, Armie Hammer, Nathan Lane, Jordan Prentice, Mark Povinelli, Joe Gnoffo, Danny Woodburn, Sebastian Saraceno, Martin Klebba, Ronald Lee Clark, Mare Winningham, Michael Lerner, Sean Bean
Kisah terkenal Snow White ini dirombak cukup besar. Ratu (Julia Roberts) dan Snow White (Lily Collins) tidak “berseteru” karena masalah siapa-yang-paling-cantik lagi, namun dipicu oleh Ratu yang menyalahgunakan tahta kerajaan sampe bangkrut dan menyengsarakan rakyat, sehingga Snow protes. Perseteruan mereka meruncing karena kedatangan Pangeran Alcott (Armie Hammer) dari negeri seberang yang kaya raya. Yes, Snow dan Pangeran saling jatuh cinta, tapi si Ratu juga naksir Pangeran dan ingin segera menikahinya sekalian biar keuangan kerajaan pulih kembali. Untuk melancarkan rencana itu, Snow harus disingkirkan, maka Ratu menyuruh tangan kanannya, Brighton (Nathan Lane) untuk membunuh Snow di hutan, tapi karena ciut, Snow dibiarkan lari sampai akhirnya terdampar di sarang 7 perampok bertubuh kerdil. Jadi kita tinggal tunggu Ratu kucluk-kucluk dateng ke Snow trus kasih apel beracun sampe mati suri hingga ciuman sang pangeran membangkitkan? Not so fast, Snow justru dilatih oleh 7 perampok itu pelbagai keterampilan, termasuk ilmu pedang, agar dapat ikut merampok uang dan harta dari kereta kerajaan yang lewat lalu membagikannya ke rakyat, sebagai bentuk pemberontakan mereka terhadap kesewenang-wenangan Ratu. Dan ketika Snow dan 7 perampok mengacaukan pernikahan Ratu dengan menculik Pangeran (yang sudah dipelet Ratu), well…this is war.
Kita bisa melihat cerita Snow White dalam Mirror Mirror ini dibuat berbeda. Perkembangan karakternya diubah, alur ceritanya pun seperti ditambahkan dimensi modern supaya poin-poin cerita yang sudah lazim diketahui terlihat punya motivasi yang nggak tiba-tiba ada—jadi si Snow White sama Pangeran nggak hayuk aja baru ketemu langsung jadian. Menurut gw sih ini cara yang lumayan efektif dalam menceritakan ulang kisah yang sangat akrab di masyarakat, biar ada twist dan penyegaran dikit. Snow White tidak dibuat lemah tak berdaya, malahan ia beraksi untuk tujuan mulia (ini sih agak minjem cerita Robin Hood ya). Percikan cintanya dengan Pangeran dibangun sejak awal film, malahan dalam keadaan Snow yang berjasa kepada Pangeran. Yang paling beda tentu saja pendekatan terhadap tokoh Ratu yang dibuat jahat-judes-comel ala ibu-ibu sosialita, serta 7 kurcaci yang sebenarnya kumpulan orang-orang terbuang dari kota yang harus menanggung hidup dengan merampok pake extension tungkai biar lebih sangar =P (ini katanya pake stunt dari Cirque du Soleil).
| Snow White and her Merry Men |
Untunglah dua hal yang paling berbeda itu hasilnya menggembirakan, bahkan menurut gw mereka jadi highlight film ini. Julia Roberts beruntung mendapat peran penjahat (mungkin pertama kalinya, except if you count Closer) yang komikal, kuat bukan semata-mata karena sihir melainkan karena ia memang licik (rakyat segan sama dia karena ia melindungi mereka dari beast di hutan, dan juga alasan mengapa negeri mereka musim salju terus-terusan), dan sering mengujarkan kalimat-kalimat witty, kayaknya nyatu banget sama sosok Julia, pertama kali gw melihat Julia cocok cok sama perannya sejak Erin Brockovich (hehe). Gw pun senang sekali ketujuh kurcaci/perampok mini diberi porsi yang signifikan dan berkesan dengan karakter masing-masing yang jelas dan terarah (perhatikan Half-Pint (Mark Povinelli) yang berusaha ngerayu Snow ^_^). Mungkin kita gampang aja ketawa hanya karena mereka mini, namun pembawaan para aktor mini yang luar biasa (serius, they’re better than Armie Hammer =P) membuat mereka jadi lovable sekaligus keren. Sedangkan pemain lainnya bermain aman, akting Lily Collins nggak jelek, nggak cuman modal tampang (though she is pretty =)), Armie Hammer juga seperti udah punya setelan “Pangeran negeri dongeng”, at least mereka nggak ganggu lah.
Overall, menurut gw merasa nggak ada yang perlu benar-benar dikomplain dari Mirror Mirror ini. Jika tujuannya adalah menghibur melalui kisah Snow White dengan gaya semi-parodi, memang berhasil, gw merasa terhibur kok. Tontonlah dengan lepas tanpa pretensi apa-apa. Nggak ada salahnya bersenang-senang dengan mengacak-acak kisah dongeng terkenal dengan memakaikan kostum serumit desain manga CLAMP biar lebih lucu asalkan nggak jadi kacau. Humornya baik verbal maupun fisik bisa bikin cekikikan, timing-nya pas nggak terlalu maksa, aman untuk anak-anak namun nggak kekanak-kanakan sehingga tetap menyenangkan untuk penonton remaja/dewasa. Ceritanya nggak sulit diikuti, lajunya enak, dan tokoh-tokohnya cukup meninggalkan kesan. Visual efeknya pun terbilang bagus. Komplain gw justru tertuju pada kurang memancarnya keindahan visual seperti film-film Tarsem sebelumnya. Memang kostum dan tata artistik spektakuler ganjil mencolok mata masih terlihat, tetapi tampilannya di layar tidak seindah biasanya. Apa mungkin karena waktu produksinya terlalu cepat? O well, penuturan dan porsi humornya yang menyegarkan bolehlah menjadi kompensasi yang fair. Gw nggak terlalu kecewa karena film ini hasilnya sesuai dengan tujuannya: menghibur, menyenangkan tanpa mencelakakan—a kind of film Disney should have made instead of more Pirates. Dan apa yang lebih menyenangkan daripada menyaksikan penghuni istana menari ala Bollywood menyanyikan “I believe I believe I believe I believe in love, love…love, love, love…!” =)
My score: 7/10

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.







