Film

[Movie] Up In The Air (2009)

Up In The Air
(2009 – Paramount)

Directed by Jason Reitman
Screenplay by Jason Reitman, Sheldon Turner

Based upon the novel by Walter Kirn

Produced by Jeffrey Clifford, Daniel Dubiecki, Jason Reitman, Ivan Reitman

Cast: George Clooney, Vera Farmiga, Anna Kendrick, Jason Bateman, J.K. Simmons, Sam Elliott

Sedikit latar belakang, menonton Up In The Air adalah pengalaman pertama gw nonton film “midnight” (jam malem banget, di Indonesia kayaknya cuman malem minggu dan masang film2 yg baru sebelum tayang reguler), atau karena gw nonton di Blitz Megaplex, istilahnya “sneak preview”. Nonton pukul 22.00 malam minggu sendirian ternyata agak takut juga, takut ngantuk maksudnya–lalu Kopiko pun berbicara ^_^;. Pengalaman pertama ini pun dilengkapi dengan mati listrik sekitar 10-15 menit setelah film mulai, sehingga harus break nunggu 15-an menit untuk pengalihan ke gen-set (grrr =.=). Lalu sekitar 45 menit film udah jalan lagi, listrik kayaknya nyala lagi sehingga ada pengalihan lagi dari gen-set ke listrik general, nunggu lagi lah 10 menitan (grrr =.=). But anyway, gw sama sekali nggak ngerasa nggak puas, ternyata Up In The Air adalah film yg bagus sehingga kejadian nggak enak tadi jadi terabaikan…dan gw nggak ngantuk!

Mari kita mulai ulasan film Up In The Air sendiri.
Filmnya bagus.

*krik…krik…*

Halah, review macam apa ini ^o^, sama sekali nggak membantu. Tapi bener kok, gw simpulkan filmnya bagus, tapi jujur gw nggak tau film ini tentang apa…hahaha ^_^;. Well, atau setidaknya gw nggak pandai untuk menceritakan ulang isi film ini. Jadi sebagai solusinya, gw akan menceritakannya dengan sepotong2–mudah2an membantu. Ryan Bingham (George Clooney) adalah bujang lapuk yg senantiasa sibuk dengan pekerjaannnya (sounds like…George Clooney? ^_^;). Dijelaskan di awal, Ryan kerja di CTC, semacam perusahaan rekrutmen/outsourcing, dan pekerjaan Ryan sendiri adalah mewakili pihak perusahaan2 (yg terlalu takut) untuk merumahkan karyawan2nya, dan saat krisis ekonomi Amerika yg lagi banyak2nya PHK, kerjaan Ryan pun seakan nggak berhenti sehingga harus mondar-mandir pake pesawat ke seluruh wilayah Amerika, selain juga ia kadang jadi pembicara motivasi bagi orang2 agar survive hidup sendirian. Tak pelak karena kerjaannya ini, Ryan jadi berasa hampir nggak punya rumah, hari demi hari naik pesawat dan nginep di hotel2 plus pake jasa mobil sewaan. Tapi dia merasa sangat nyaman dengan hidup demikian, target hidupnya pun sejauh ini agak cetek: sebagai pelanggan American Airlines paling setia yg menggunakan jasa maskapai itu sampe sekian mil agar jadi anggota dari klub yg ekskulsif (penting banget yah)… yah itu dan memang Ryan punya hobi ikut keanggotaan berbagai hotel atau jasa lainnya supaya sekadar dapet poin sebanyak2nya.

Suatu ketika Ryan bertemu dengan Alex (Vera Farmiga), wanita memikat yg juga seorang yg sering bepergian untuk bekerja seperti Ryan. Mereka langsung klop dan berbuat “hal2-yg-mereka-inginkan” malam itu juga, simply because besok2 belum tentu bisa, maklum jadwal padat. Cara mereka mengatur pertemuan berikutnya menggelitik sekali, saking susahnya. Tak lama setelah itu, Ryan dipanggil ke “markas besar” di Omaha oleh Craig (Jason Bateman) sang atasan. Ternyata Craig sedang akan mengadakan perubahan bagi cara kerja Ryan dan rekan2nya sesama pemecat, dengan menyetujui ide dari seorang pegawai muda, Natalie Keener (Anna Kendrick). Natalie mengajukan proposal metode pemecatan secara online via live webcam, sehingga para “eksekutor” nggak perlu lagi berkelana kesana-kemari, bisa menetap bareng keluarga, selain untuk menghemat pengeluaran perusahaan di masa krisis ini. Ryan serta merta nggak setuju cara ini, ia yakin bahwa metode yg selama ini dilakukan sudah benar (atau supaya bisa ketemu Alex lagi? Entahlah), dan ia juga menganggap Natalie cuman anak kemaren sore yg nggak tau apa-apa. Untuk menanggapi itu, maka Craig menyuruh Ryan menjadi mentor Natalie agar “tau apa-apa” sebelum me-launch metode PHK online. Jadilah kerjaan2 Ryan–awalnya dengan berat hati–selalu didampingi Natalie yg memang masih naif dan ternyata kerja di CTC hanya karena cowoknya kerja di kota yg sama. Kalimat2 di atas barusan hanya permulaannya saja, and I’m just gonna leave you with that. Bakal panjang banget kalo gw tulis setidaknya cuma ampe separoh film.

Adegan2 selanjutnya adalah adu karakter Ryan dengan Natalie, romansa dewasa dengan Alex yg lambat laun benar2 membuat Ryan jatuh cinta, berbagai proses pemecatan–yg sebagian adalah orang2 yg benar2 telah di-PHK pada krisis keuangan Amerika beberapa waku lalu, dsb dsb. Mungkin gw nggak terlalu ngeh sama ceritanya, muatannya banyak, tapi cara penceritaannya enak sekali, sama sekali nggak berantakan. Nggak ada perasaan bingung atau canggung, apa yg di layar gw lahap aja dengan nikmatnya. Plotnya sendiri nggak mudah ditebak, dan memang nggak perlu. Gw pasrah aja dengan jalannya film ini hanya karena memang enak diikuti. Dialog2nya cerdas sekali, kadang humoris dan satir, dan dimainkan dengan performa di atas rata2 oleh para aktornya. George Clooney bagus walau agak generik di sini, versi santai dan lucu dari Michael Clayton. Vera Farmiga tampil sangat loveable dengan aura kedewasaannya, kebalikan dari perannya di The Departed yg menyebalkan. Anna Kendrick pun mencuri perhatian dengan pembawaan perempuan cerdas dan tampak kaku tapi rapuh dan masih melibatkan emosi dalam bekerja–ini pertama kalinya gw nonton Kendrick, katanya sih dia main di Twilight juga (belum gw tonton). Shot2 gambar serta penataan adegannya juga nyaman sekali dilihat meski tidak standar. It’s just good, walaupun, sekali lagi, gw nggak yakin apa esensi film ini.

Jika ada esensi yg bisa gw tarik secara egois dan subjektif dari Up In The Air, maka itu adalah “perubahan”. Dan ketika gw memikirkan kata ini, Up In The Air jadinya adalah film tentang itu (apakah memang ini yg dimaksudkan pembuat filmnya? I have no idea). Perubahan bukan hanya dilambangkan lewat orang2 yg tadinya bekerja jadi gak punya apa2, tapi juga berimbas sama Ryan yg harus berubah cara kerjanya sekaligus gaya hidupnya karena tuntutan keadaan. Ryan nggak bisa lagi ngawang2 di udara (up in the air…get it? =_=;), tapi harus jejek ke tanah, harus settle, ke kehidupan dimana ia harus mengadakan kontak emosional betulan–bukan formal kayak kerjaannya selama ini, yg malah cenderung palsu–dengan orang lain, tak terkecuali dengan saudara2nya yg selama ini dia cuekin. Tapi tahan, film ini nggak seklise itu. Pada ending filmnya, perubahan nggak cuman dimaknai sebatas “perubahan ke arah mana”, tapi “perubahan untuk apa”. Up In The Air seakan menutup dengan getir tapi penting: perubahan harus dari, oleh dan untuk diri sendiri, jangan untuk orang lain, or you will be left disappointed.

my score 8/10


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top