Di luar kontroversial co-writer Henricus Pria terlibat kasus kekerasan seksual di masa lalu (kini namanya sudah dicoret dari bagian film ini), sebagai entitas film sendiri Penyalin Cahaya punya pesan yang kuat dan nyaris sempurna di segala segi teknis. Color palette (bukan color grading) yang didominasi warna hijau – dari warna cahaya mesin fotokopi – sangat cantik dipandang mata. Ditambah detil desain produksi sampai ke detil dunia teknologi menambah kenyamanan untuk gampang larut ke dalam cerita.
Akting setiap pemainnya benar-benar brilian! Juara sempurna sama rata nggak saling mengungguli satu dengan yang lainnya. Shenina resmi jadi aktris brilian dan patut diperhitungkan, Putri Marino you’ve been warned! Chicco Kurniawan, Dea Panendra, Jerome Kurnia, Giulio Parengkuan, Lutesha semuanya gue suka banget sama aktingnya. Natural dan dialog ngalir tanpa cela kaya keseharian biasa aja gitu. Aktor-aktris senior macam Lukman Sardi, Ruth Marini, dan Budi Ros juga gak serta merta mencuri cahaya, tapi jadi komplementer yang sangat melengkapi.
Persis seperti yang terjadi ketika rumah produksi film Rekata Studio dan Kaninga Pictures mengeluarkan pernyataan sikap untuk mengeluarkan Henricus Pria dari keterlibatan di film. Apa respon pertama netizen? Bukan fokus pada kondisi korban, tapi sibuk menginvestigasi siapa yang dikeluarkan dan apa kasusnya. Mengalahkan BIN, dalam hitungan menit langsung ketahuan nama Henricus Pria – yang seharusnya memang tidak perlu ditutupi sedari awal. Meski gue paham juga sih dilema tim PR karena yang bersangkutan megang posisi “kunci” sebagai co-writer.
Setelah gue pikir dan renungkan, fokus film ini pada investigasi ke arah pelaku sampai ke adegan klimaks itu apa bisa jadi bentuk narsisme ya? Profil pelaku di film ini memang punya kecenderungan penyimpangan psikis, dan biasanya mereka sangat senang jika ketahuan sebagai pembuktian bahwa mereka hebat. Paralel dengan pelaku eksibisionis yang akan makin terangsang ketika korban teriak ketakuan. Ya kita nggak tahu – dan nggak akan pernah tahu – Henricus Pria meninggalkan jejak-jejak apa saja dan seberapa banyak dalam naskah film. Tapi dengan ngebayangin aja kok jadi ngeri ya.
Btw jujur di paragraf pertama gue ngasih 5 bintang, setelah nulis paragraf sebelum ini gue turunin jadi 3 bintang.
Setidaknya, Penyalin Cahaya memberikan penutup yang sangat powerful – salah satu penutup film Indonesia terbaik yang pernah gue tonton. Soal berani speak up meski tidak ada bukti dan hanya ada cerita, itulah sebabnya fokus dan keberpihakan pada penyintas harus tetap diutamakan. Nggak perlu fokus pada ceritanya benar atau tidak, karena kalau nggak ada bukti maka cuma cerita yang mereka punya. Menurut gue reaksi pertama haruslah memberikan tempat yang aman dan nyaman. Kesehatan mental penyintas jelas lebih penting ketimbang identitas pelaku, sama seperti nolong korban tabrak lari.
Yang pertama dilakukan itu nolong korban dulu atau ngejar pelaku dulu?
– ditonton di Netflix –
———————————————————-
review film penyalin cahaya photocopier
review penyalin cahaya photocopier
penyalin cahaya photocopier movie review
penyalin cahaya photocopier film review
resensi film penyalin cahaya photocopier
resensi penyalin cahaya photocopier
ulasan penyalin cahaya photocopier
ulasan film penyalin cahaya photocopier
sinopsis film penyalin cahaya photocopier
sinopsis penyalin cahaya photocopier
cerita penyalin cahaya photocopier
jalan cerita penyalin cahaya photocopier
, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.