




#Review:
Novel-novel karya penulis Ika Natassa nampaknya sedang menjadi primadona diangkat ke layar lebar. Usai film CRITICAL ELEVEN (2017) yang diproduksi oleh Starvision Plus dan menuai respon positif, kali ini giliran novel lainnya yaitu ANTOLOGI RASA (2019) diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar oleh rumah produksi Soraya Intercine Films. Gaung film adaptasi novel ini sebetulnya sudah lama beredar, kurang lebih 4-5 tahun yang lalu. Dan pada moment Valentine 2019 mendatang, film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani ini akan mulai tayang serentak diseluruh bioskop Indonesia.
Aku berkesempatan bisa menonton lebih awal film ini pada 2nd Gala Premiere & Special Screening film ANTOLOGI RASA (2019) di CJ CGV* Grand Indonesia Jakarta pada Minggu, 10 Januari 2019. Acara Special Screening itu lumayan meriah karena pihak rumah produksi membuka presale ticket pada auditorium Starium di CJ CGV* Grand Indonesia dan 100% terjual semua. Para pemenang quiz dari berbagai media cetak maupun online juga pada nonton bareng pada hari itu juga.
Yang menjadi film ini cukup ditunggu-tunggu oleh pecinta film Indonesia khususnya para penikmat bukunya adalah karena novel karya Ika Natassa ini mempunyai tiga karakter yang memiliki penokohan yang kuat. Harris Risjad menjadi karakter fiktif yang paling digilai para pembaca wanitanya karena sifat dan tokohnya yang tengil. Keara Tedjakusuma juga tak kalah disukai oleh pembaca, karena tokohnya ini selain mandiri dan mapan, kehidupan asmaranya juga sangat related dengan kisah asmara para pembacanya. Dan yang terakhir Ruly Walantaga, karakternya juga berhasil mewakili sebagian pembaca akan kisah asmaranya. Ketiga karakter ini menjadi dambaan dan idaman bagi para pembaca novelnya. Mayoritas dari mereka memasang ekspektasi yang cukup tinggi terhadap versi filmnya ini.

Untuk segi cerita, ANTOLOGI RASA (2019) versi film ini menampilkan kisah asmara cinta segitiga dan friendzone antara tiga sahabat yang karier serta kehidupannya sudah pada mapan. Tiga perspektif dan sudut pandang dari masing-masing karakter dijabarkan cukup asyik dan baik diparuh pertama film. Kita bisa merasakan apa yang Risjad, Keara dan Ruly rasakan pada mereka masing-masing. Ketiganya ini memiliki persamaan dalam urusan asmara yaitu, pecundang. Karena, Risjad, Keara dan Ruly lebih memilih menjadi menahan semua perasaan satu sama lain demi menjaga persahabatan. Risjad tak ingin mengungkapkan perasaannya pada Keara lantaran ia sadar bahwa dirinya bukanlah lelaki idaman dari Keara. Begitu juga dengan Keara yang gengsi menyatakan cintanya pada Ruly. Dan Ruly yang masih bimbang dan dilema untuk menghilangkan Denise dari hatinya meskipun Denise telah memiliki kekasih yaitu Kemal. Ketiga karakter dalam film ini masing-masing membohongi dan menyakiti dirinya masing-masing. Permainan gesture tubuh, bahasa hingga tatapan antara Risjad, Keara dan Ruly terasa cukup baik dan meyakinkan. Aku suka cara Ika Natassa dan Rizal Mantovani menghadirkan konflik demi konflik antara Risjad, Keara dan Ruly. Namun yang aku kurang suka menuju paruh akhir film, ANTOLOGI RASA (2019) ini terasa cukup membingungkan dan semakin bertele-tele. Tak sedikit adegan-adegan yang kurang penting sehingga terkesan memperpanjang durasi film saja. Interaksi sosial antara ketiga pemain dengan orang-orang disekitarnya pun kurang diperlihatkan oleh film ini. Risjad, Keara dan Ruly terasa asyik saja mereka bertiga. Ending film pun masih kurang greget menurutku. Arrgh! Pemilihan tempat yang dipilih untuk ending juga terlalu mainstream dan mengingatkanku pada AADC pertama dan juga AADC kedua.
Untuk segi visual serta musik scoring sudah seperti biasa, Soraya Intercine Films selalu memberikan look yang grande dan megah. Mungkin jika film ini tidak memiliki visual khas Soraya, akan terasa sangat FTV. Tapi entah mengapa, kemewahan yang ditampilkan dalam film ini menurutku pribadi tidak terlalu membantu terhadap inti cerita film ini, sehingga terasa biasa saja. Soundtrack yang dihadirkan oleh band-band label Musica Studios yaitu Geisha, Nidji dan d’Masiv, yang kembali bekerjasama dengan Soraya Intercine Films ini tidak se-memorable film-film Soraya sebelumnya. Pergantian vokalis di band Geisha dan Nidji sih yang menurutku pribadi yang sedikit menghilangkan nyawa lagunya, tapi aku tidak bisa membohongi juga suara dari para vokalis baru lirik serta lagu-lagu Soundtrack film ini tidaklah jelek.
Untuk jajaran pemain, Herjunot Ali, Carissa Perusset dan Refal Hady menjadi nyawa terbesar untuk film ANTOLOGI RASA (2019) ini. Ketiganya mampu menghadirkan sosok Risjad, Keara dan Ruly sebagai bucin alias budak cinta yang sulit move-on dari yang namanya friendzone. Herjunot Ali kali ini berhasil menampilkan karakternya yang terlepas dari sosok Zainuddin. Tengil dan badboy-nya Risjad kembali mengingatkanku pada sosok Zafran di film 5CM (2012). Debut perdana Carissa Perusset dalam film ini juga tidaklah terlalu buruk. Sosok Keara yang ia perankan cukup berhasil memikat dengan pesona dan aura yang sedikit bitchy. Tak heran ia menjadi idaman banyak para pembaca dan pecinta filmnya khususnya bagi para pria. Hehehe. Sosok Ruly yang diperankan Refal Hady juga hadir dengan porsi yang sangat pas. Ia paling memikat menghadirkan chemistry yang asik baik dengan Risjad maupun dengan Keara. Karakter pendukung lainnya seperti Dinda yang diperankan Angel Pieters dan Denise yang diperankan Atikah Suhaime dan Kemal yang diperankan oleh Johan Yanuar sayang banget hanya selewat saja. Kehadiran mereka seperti mahluk gaib dan jika dihilangkan pun tidak berpengaruh.
Overall, terlepas dari segala kekurangan, film ANTOLOGI RASA (2019) ini masih memiliki poin-poin plus lainnya lewat tiga perspektif “budak cinta” yaitu Risjad, Keara dan Ruly yang mungkin kisah asmara mereka masih related dengan kita.
[7/10Bintang]

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.