
Terlebih sang sutradara, Andy Muschietti (Mama), tak main-main dalam menghamparkan rentetan teror termasuk menerobos batasan-batasan yang biasanya dihindari sineas film seram sehingga kesan mengusik kenyamanan berulang kali mencuat sepanjang durasi. Jika dirimu menganggap versi miniserinya yang dirilis pada tahun 1990 telah cukup membuatmu kesulitan memejamkan mata di malam hari – si badut memang menyeramkan, tapi secara keseluruhan filmnya sendiri terbilang ‘meh’ – tunggu sampai kamu menyaksikan versi layar lebarnya yang berkali-kali lipat lebih meneror ini.
Mempunyai kesamaan nasib yakni dirundung masalah pribadi dengan orang tua masing-masing di rumah dan menjadi sasaran utama perisakan dari Henry Bowers (Nicholas Hamilton) membuat ketujuh bocah ini merasa terhubung satu sama lain. Mereka bermain bersama, mereka berpetualang bersama, dan mereka memecahkan masalah bersama. Ditengah-tengah kegembiraan menyambut datangnya kebebasan di musim panas, problematika lain hadir yang bukan saja mengancam persahabatan mereka tetapi juga keselamatan nyawa masing-masing. Problematika tersebut berwujud sesosok badut misterius bernama Pennywise (Bill Skarsgård) yang sebelumnya telah membunuh adik Bill serta sejumlah bocah lain di kota Derry.
Belum menyiapkan jiwa raga sepenuhnya, tiba-tiba kita melihat pemandangan mengerikan berupa seorang bocah kecil terkapar tak berdaya dengan kondisi tangan terpenggal dan berlumuran darah di tengah jalan seraya berteriak minta tolong. Sejurus kemudian, tubuhnya diseret masuk ke dalam gorong-gorong oleh Pennywise. Glek! What an opening scene, huh? Melalui prolog ini, Andy Muschietti seolah memberi peringatan keras kepada para penonton bahwa sekalipun It melibatkan banyak karakter praremaja sebagai karakter utama, film tetap akan tersaji brutal alih-alih bermain aman seperti dilakukan Annabelle Creation baru-baru ini. Itulah mengapa, amat sangat disarankan untuk tidak membawa penonton dibawah usia 17 tahun ke dalam gedung bioskop lantaran konten It yang terhitung eksplisit sekaligus gelap.

Dan jika kita berbincang soal teror, It adalah salah satu tontonan horor yang sanggup menyajikan daya cekam dengan amat memuaskan tahun ini. Sensasi yang dihadirkannya seperti saat kita menjelajahi wahana permainan rumah berhantu; seru, mengasyikkan, dan menyeramkan. Kebanyakan diantaranya memang berbentuk jump scare mudah diterka, namun ketepatan waktu dan ketepatan konteks kemunculannya membuatnya terasa sangat efektif. Sulit untuk tidak (lagi-lagi) terperanjat lalu berteriak dalam setiap teror yang dihadapi personil The Losers’ Club maupun adegan “melihat foto dari proyektor” yang membuatku ingin sekali berkata kasar itu.
Performa gemilang dari para aktor cilik yang mampu mengimbangi Bill Skarsgård yang menghantui – terlebih Jaeden Lieberher, Finn Wolfhard, serta Sophia Lillis – membantu merealisasikan The Losers’ Club sehingga terasa nyata adanya. Ya, persahabatan antara personil The Loser’s Club adalah salah satu alasan utama mengapa saya sama sekali tidak keberatan It mempunyai durasi yang merentang panjang hingga 134 menit karena memang film tampil mengasyikkan secara konsisten dan salah satu alasan utama mengapa saya tidak mengeluh kepada keputusan si pembuat film untuk memecah It ke dalam dua bagian (Oh ya, ini adalah It Part One, saudara-saudara!) karena saya masih ingin bertemu kembali dengan mereka. Semoga saja reuni para personil kelompok para pecundang ini di It Part Two bisa melampaui atau minimal sama mengasyikannya dengan petualangan masa remaja mereka.


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.