2024

[Review] Santet Segoro Pitu: Perang Santet Mematikan Akibat Persaingan Usaha Di Pasar!


#Description:
Title: Santet Segoro Pitu (2024)
Casts: Ari Irham, Sandrinna Michelle, Christian Sugiono, Sara Wijayanto, Khalif Al Juna, Agus Firmansyah, Erwin Moron, Eduwart Manalu, Khalif Al Juna, Dinda Arinie, Yati Surachman, Manuel Pribadi, Dewi Sri
Director: Tommy Dewo
Studio: Hitmaker Studios
#Synopsis:
Sucipto (Christian Sugiono) dan Marni (Sara Wijayanto) merupakan pasangan suami istri yang hidup bahagia bersama kedua anak mereka yaitu Ardi (Luthi Saputra) dan Syifa (Chiara). Sucipto sendiri dikenal sebagai pemilik warung sembako yang paling ramai di pasar. Sementara itu, Marni yang awalnya ikut membantu suaminya bekerja di pasar, kini memilih untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya dan mengurus kedua anaknya.
Suatu malam, ketika Sucipto sedang siap-siap untuk pulang dari pasar, ia menemukan sebuah bungkusan asing berwarna putih yang mengganjal pintu warungnya. Saat dibuka, Sucipto terkejut karena didalamnya berisikan benda-benda aneh yang ia yakini sebagai perantara santet. Karena takut, Sucipto langsung membuangnya dan bergegas pulang ke rumah. Setibanya di rumah, Sucipto merasakan tubuhnya sangat berat dan juga lelah. Saat Ardi melihat ayahnya, ia berteriak histeris karena melihat sosok mengerikan sedang duduk tepat di pundak ayahnya. Sejak kejadian itu, Sucipto dan Marni meminta bantuan pada orang pintar yaitu Pak Rustam (Agus Firmansyah) untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Saat tiba di rumah Sucipto, Pak Rustam merasakan adanya energi negatif yang mengelilingi keluarga Sucipto. Selain itu, Pak Rustam juga menjelaskan jika Ardi memiliki kemampuan melihat hal-hal tak kasat mata usai dirinya menjalani operasi. Karena tak ingin melihat anaknya terus ketakutan, Sucipto dan Marni meminta Pak Rustam untuk menutup mata batin Ardi, meskipun tetap berisiko di kemudian hari pasti akan kembali terbuka dengan sendirinya. Sejak Pak Rustam datang ke rumah Sucipto, gangguan mistis perlahan mulai menghilang dan tak lagi mengganggu keluarga mereka. Pak Rustam berpesan kepada Sucipto agar kedua anaknya untuk tidak sering berkunjung ke pasar karena berbahaya dan takut diganggu oleh para penunggu gaib yang ada disana.
Tak terasa waktu sudah berlalu selama belasan tahun. Usaha warung yang dikelola Sucipto semakin ramai dan tak pernah sepi pengunjung. Keluarganya pun kini hidup dengan kondisi serba berkecukupan. Ardi (Ari Irham) disibukan dengan kuliah, Syifa (Sandrinna Michelle) dan adik barunya yaitu Arif (Khalif Al Juna) juga fokus dengan sekolah mereka masing-masing. Hingga suatu malam, terror kiriman bungkusan misterius kembali terjadi di warung sembako saat Sucipto akan pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, Sucipto cemas dan kondisinya kesehatannya mulai menurun. Tiba di rumah, Sucipto mengalami demam tinggi dengan muka yang pucat. Keesokan harinya, saat sedang sarapan, Sucipto muntah darah lalu tak sadarkan diri. Marni dan Ardi langsung membawa Sucipto ke rumah sakit. Usai diperiksa oleh dokter, tidak ditemukan hal aneh dalam tubuh Sucipto. Karena khawatir, Marni meminta suaminya untuk sementara dirawat di rumah sakit.
Sejak kejadian itu, Arif yang sangat menggemari hal-hal mistis percaya jika keluarga mereka diganggu oleh kekuatan gaib. Ardi dan Syifa berusaha untuk berfikir rasional serta menganggap ayah mereka sedang sakit saja. Setelah pulang dari rumah sakit, kondisi kesehatan Sucipto masih belum stabil dan malah memburuk. Selain itu, usaha warung sembako di pasar milik Sucipto pun mendadak jadi sepi pembeli. Bahkan para karyawan pun memutuskan untuk tidak lagi bekerja di warung sembako nya Sucipto. Karena tak ada menjaga warung, Ardi pun terpaksa menggantikan sang ayah menjaga warung sembako di pasar.
Selama berada di pasar, Ardi melihat berbagai praktek ritual penglaris yang dilakukan oleh para penjual disana. Ardi tak menyangka jika orang-orang di pasar banyak yang menggunakan penglaris agar ramai pembeli. Selain itu, Ardi juga jadi menaruh curiga kepada pamannya yaitu Sardi (Erwin Moron) yang sama-sama membuka warung sembako tak jauh dari warung miliknya. Ardi yakin jika pamannya lah yang mengirimkan santet kepada sang ayah karena persaingan usaha di pasar.
Seiring berjalannya waktu, terror gaib terus menghampiri keluarga Sucipto, hingga satu persatu dari mereka harus meregang nyawa dengan cara yang sangat mengerikan. Marni, Ardi dan Syifa harus berusaha menghentikan kiriman santet yang masih tidak jelas asalnya dari mana. Marni pun terpaksa meminta bantuan lagi kepada Pak Rustam. Saat ditelusuri, ternyata santet yang diterima keluarga Sucipto berasal dari luar Pulau Jawa dan sulit untuk dihadang olehnya. Pak Rustam meminta waktu untuk mencari petunjuk agar bisa mengirim balik semua santet tersebut kepada pengirimnya. Namun sayang, santet tersebut kembali menyerang keluarga Sucipto dan menewaskan Marni.
Setelah melakukan ritual dengan menggunakan gamelan, Pak Rustam akhirnya menemukan cara untuk menghentikan terror santet mengerikan yang dialami keluarga Sucipto. Pak Rustam meminta Ardi dan Syifa untuk mengambil air dari tujuh laut yang ada di pulau Jawa. Jika sudah berhasil, ketujuh air tersebut segera dibasuhkan pada Sucipto agar semua serangan santet tak menghampiri dirinya. Selama menjalankan misi yang diberikan Pak Rustam, mata batin dari Ardi dan Syifa harus terbuka agar bisa menghancurkan sesajen gaib yang ditebarkan di tujuh pantai oleh pelaku pengirim santet yang berasal dari Kalimantan. Selain itu, mereka juga harus berhadapan dengan sosok gaib bernama Suanggi (Manuel Pribadi) sebelum semuanya terlambat. Akankah mereka berhasil menjalankan misi tersebut?
#Review:
Rumah produksi Hitmaker Studios kembali menghadirkan film horror terbarunya di tahun ini berjudul SANTET SEGORO PITU (2024). Film ini diadaptasi dari thread X karya Betz Illustration yang viral pada awal Januari lalu. Sebelumnya, Hitmaker Studios juga sudah mengadaptasi thread X lainnya milik Bang Betz yaitu SUMALA (2024) yang filmnya rilis di bioskop pada akhir September kemarin.
Untuk segi cerita, film SANTET SEGORO PITU (2024) masih menggunakan formula mainstream tentang santet dan ritual perjanjian dengan setan pada plotnya. Pada paruh awal film, semua kejadian yang dialami oleh keluarga Sucipto sudah sering kita temukan dalam film-film horror Indonesia belakangan ini. Ditambah lagi, beberapa dialog dari para karakter terasa kaku dan juga cringe. Point ini yang selalu saja ditemukan dalam film-film yang ditulis oleh Riheam Junianti. Selain itu, entah mengapa versi film layar lebar ini memilih untuk menggunakan setting waktu tahun 70-80an. Padahal cerita versi thread X nya sendiri memakai setting waktu era saat ini. Untungnya, saat plot bergerak menuju pertengahan, hal-hal cringe tadi perlahan mulai menghilang dan berubah menjadi sajian horror yang berbeda dari biasanya.
Tommy Dewo selaku sutradara berhasil melakukan eksekusi cerita tentang perang santet yang menjadi plot twist di film ini. Tak tanggung-tanggung moment struggling keluarga Sucipto dalam menghadapi kiriman santet pun dihadirkan dengan cara yang sadis dan penuh darah. Efek visual yang digunakan juga terlihat sangat realistis dan semakin smooth. Peningkatan drastis dari film-film Hitmaker Studios sebelumnya. Kejutan selanjutnya datang saat sang sutradara menghadirkan penyelesaian konflik santet yang menimpa keluarga Sucipto. Treatment road trip karakter Ardi dan Syifa ke tujuh pantai dan bertemu dengan para penjaga gaib sesajen dilakukan sangat baik, meskipun hal tersebut sedikit tercoreng gara-gara dialog mereka kedua terlalu repetitif hanya sebatas saling memanggil nama saja. Andaikan sang penulis lebih mengeksplor moment road trip horror dengan menonjolkan relationship kakak beradik yang dilanda frustasi atau stress pasti akan lebih nendang lagi.
Untuk jajaran pemain, sebetulnya tidak ada yang mengecewakan. Christian Sugiono, Sara Wijayanto, Ari Irham dan Sandrinna Michelle tampil sesuai pada porsinya. Namun seperti yang sudah disebutkan tadi, penggunaan dialog disepanjang oleh mereka terasa kaku dan baku banget sehingga terkesan tidak natural.
Untuk urusan visual, production value Hitmaker Studios memang tak pernah gagal dalam menciptakan set lokasi yang well prepared sekaligus grande. Mungkin alasan setting waktu menggunakan era tahun 70-80an ini agar tata artistik dan sinematografi nya bisa lebih maksimal. Apresiasi banget untuk tingkat detail properti serta perintilan yang digunakan film SANTET SEGORO PITU (2024) sangat memuaskan.
Overall, film SANTET SEGORO PITU (2024) jadi salah satu film horror terbaik produksi Hitmaker Studios setelah dua film MATA BATIN (2019).
[8/10Bintang]

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top