
Sekalipun memiliki gaya bertutur yang nyaris serupa dengan Now and Then, kedua film ini jauh berbeda. Now and Then cenderung optimis dalam memandang kehidupan, dibuktikan dengan masa dewasa dari setiap tokoh yang digambarkan mampu menggapai apa yang disebut sebagai American Dreams. Sunny mencoba untuk realistis, yang berarti berjalan suram dan kemungkinan besar akan berjalan tidak sesuai dengan harapan mayoritas penonton. Konflik yang dihadapi oleh Chun-Hwa remaja (Kang So-Ra) pun jauh lebih berat ketimbang Samantha Albertson (Gaby Hoffman). Jika Now and Then adalah versi perempuan dari Stand by Me, maka Sunny adalah versi perempuan dari Friend. Para anggota Sunny tidak dihadapkan pada permasalahan seputar menstruasi, cinta pertama, urban legend, atau payudara yang membesar, tetapi kenakalan remaja. Mereka tidak segan-segan melakukan tawuran dengan geng cewek lain. Ujian persahabatan yang disodorkan oleh Kang Hyung-Chul tidak bersinggungan dengan masalah asmara, melainkan bagaimana mereka menyikapi persoalan internal karena kesalahpahaman atau ketika pihak luar mengintervensi. Romantisme hanya dijadikan sebagai bumbu penyedap saja. Ancaman sesungguhnya bagi Sunny adalah Sang-Mi (Cheon Woo-Hee), teman sekelas mereka yang bermasalah. Rupanya Sang-Mi pernah memiliki masa lalu yang suram dengan Ha Chun-Hwa.
Sunny adalah tipikal film drama Korea kebanyakan yang memulai kisahnya dengan penuh keceriaan, namun seiring berjalannya film menjadi kian suram dan mengharu biru. Tapi, Sunny tidak sesederhana itu. Humornya renyah dan berkelas, tidak jarang pula menjadikan budaya populer Korea sebagai referensi. Konflik yang dihadirkan mengena, menyentuh dan sanggup mengaduk-aduk emosi. Sunny tidak hanya sekadar membawa kita untuk tertawa, tersentuh, dan menangis, tetapi juga menghendaki setiap penontonnya untuk berkontemplasi setelah menyaksikannya. Sesuatu yang jarang ditemukan dalam sebuah film remaja. Seperti sebuah ungkapan, “manusia boleh berencana tapi Tuhan yang menentukan.” Mungkin itu yang ingin disampaikan oleh Kang Hyung-Chul melalui film yang terinspirasi dari masa remaja sang ibunda ini. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, lusa, 1 minggu kemudian, apalagi 25 tahun kemudian. Adegan yang memerlihatkan Na-Mi dewasa sedang menonton sebuah video yang dibuat ketika dia masih SMA adalah momen paling menyentuh sekaligus menyakitkan dari film ini. Impian gagal terwujud. Prestasi akademik tidak selamanya menjadi penentu kesuksesan di masa mendatang. Na-Mi, Chun-Hwa, dan Jin-Hee (Hong Jin-Hee) membuktikan bahwa kesuksesan seseorang lebih ditentukan pada nasib baik, keberuntungan, dan kerja keras. Saya jadi teringat ketika berkumpul bersama teman-teman seperjuangan di sebuah organisasi kampus. Salah satu dari kami nyeletuk, “seperti apa ya kita di 10 tahun mendatang?”. Only God knows what will happen to us.
Exceeds Expectations

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.