2018

REVIEW : THE FIRST (TV SERIES)

Baru beberapa bulan
lalu, hamba menjadi saksi kehebatan akting Sean Penn dalam The Professor and the Madman. Satu film kecil yang apik tapi
sayangnya tak banyak dibicarakan. Lalu Mola TV mengakuisi serial berumur pendek
produksi kolaborasi antara Hulu asal Amerika Serikat dan Channel 4 dari
Inggris, The First, yang membuat saya
harus kembali mengakui bahwa Pak Penn memang layak mengoleksi dua piala Oscar.
Ya, dia lagi-lagi berlakon secara cemerlang di sini. Bahkan, The First sejatinya digerakkan oleh
performa sang aktor yang karakternya ditempatkan dalam poros utama penceritaan.
Ini adalah serial bertipe character
driven
dimana penonton menyaksikan proses tumbuh berkembangnya satu
karakter dalam menghadapi suatu persoalan yang kompleks. Dalam kasus The First, persoalan tersebut berkenaan
dengan duka, luka, serta kehilangan. Bukan topik yang mudah buat dikonsumsi ya?
Itulah mengapa membutuhkan keselarasan dalam akting, pengarahan, sekaligus
naskah agar tak terjerembab menjadi sajian grieving
porn
yang terlampau melelahkan buat disimak. Untungnya bagi serial kreasi
Beau Willimon (otak dibalik terciptanya serial kece pemenang penghargaan House of Cards) ini, hal tersebut tak
pernah benar-benar terjadi. Kita dapat memahami seraya menempatkan diri dalam
posisi Tom Hagerty yang diperankan oleh Sean Penn.

Pada mulanya,
kita tak mengetahui persoalan apa yang meradang Tom. Di episode pembuka
penonton hanya mengetahui bahwa dia dilepaskan dari tanggung jawabnya untuk
mengomandoi sejumlah awak astronot dalam misi membawa manusia untuk pertama
kalinya ke Planet Mars. Misi perdana hasil kerjasama antara NASA dengan
perusahaan swasta Vista yang dipimpin oleh Laz Ingram (Natasha McElhone)
tersebut nyatanya berakhir tragis. Roket yang ditunggangi oleh para astronot
tiba-tiba meledak hanya beberapa saat setelah diluncurkan. Euforia menyambut
peristiwa bersejarah bagi umat manusia seketika digantikan oleh isak tangis.
Orang tua korban meminta pertanggungjawaban kepada Vista dan Laz pun diseret ke
hadapan Kongres. Demi meminimalisir dampak kerusakan yang harus ditanggung
perusahaan, Laz lantas meminta bantuan kepada Tom yang dinilainya paham dengan
situasi di belakang layar. Meski dilingkupi kekecewaan lantaran dibebastugaskan
secara sepihak dan dirundung pula perasaan bersalah karena tak mendampingi
rekan-rekannya yang gugur dalam tugas, Tom bersedia memberi kesaksian untuk
Vista. Apalagi Laz bersedia memberinya kesempatan kedua untuk berpartisipasi
dalam misi selanjutnya ke planet merah apabila Kongres meloloskan permintaan
Vista.

Melalui tukar
dialog antara Tom dengan Laz, kita perlahan mengetahui akar permasalahan dari
absennya si protagonis dalam misi menuju Mars: kematian sang istri. Ada duka,
luka, serta rasa kehilangan mendalam yang mendorong Tom ke lembah gelap. Tak
hanya mengacaukan kehidupan profesionalnya, kesedihan yang berlarut-larut ini
turut mempengaruhi hubungannya dengan sang putri, Denise (Anna Jacoby-Heron),
yang belakangan memilih untuk hengkang dari rumah. Tapi pada penghujung episode
perdana, Denise kembali muncul di hadapan ayahnya. Munculnya kekhawatiran bahwa
sang ayah turut menjadi korban – yang berarti dia menjadi yatim piatu –
mendorongnya untuk memperbaiki hubungan yang rusak ini. Tom seolah memperoleh
“berkah terselubung” melalui peristiwa naas yang menewaskan rekan-rekannya
sebab dari sanalah dirinya berkesempatan untuk menebus kesalahan seraya
terhubung kembali dengan Laz maupun Denise. Selama delapan episode dengan
durasi rata-rata sepanjang 45 menit, serial berlatar tahun 2030 ini tak saja
memperlihatkan proses Tom untuk menyembuhkan jiwanya yang terluka, tetapi juga
mengetengahkan pada intrik dibalik perekrutan awak-awak baru yang akan
dilibatkan pada misi terbaru Vista.

Alhasil, si
tokoh utama dihadapkan pada pertarungan lebih besar yang menjadi ujian bagi
kesiapannya memimpin satu misi penting. Pertarungan dengan dirinya sendiri yang
masih memiliki luka menganga dari masa lampau, serta pertarungan dengan ego-ego
menjulang dari rekan kerjanya. Sean Penn mempertontonkan akting yang ciamik
dalam pergumulan yang menguras emosi ini. Dia terlihat lelah, dia tampak marah,
dan dia pun menunjukkan wibawa dari seorang pemimpin. Interaksinya bersama Anna
Jacoby-Heron memancarkan kehangatan dalam subplot hubungan ayah dengan anak
perempuannya, sementara Natasha McElhone yang menyimpan kerapuhan dibalik citra
perempuan tangguh yang ditonjolkannya menjadi pendamping yang pantas bagi Penn
di garda terdepan permainan lakon. Keduanya adalah bensin utama dalam
melesatkan narasi dalam The First.

*Saat ini The
First sudah tersedia lengkap sampai episode 8 di situs streaming Mola TV.
Kalian bisa menontonnya dengan mendaftar dan membayar paket langganan sebesar
Rp. 12.500/30 hari. Murah sekali dan mudah sekali karena pembayaran dapat dilakukan
melalui OVO maupun virtual account.*


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top