
Singkat cerita, Balthazar harus memberi sejumlah pelatihan yang berat untuk mempersiapkan Dave dalam menghadapi penyihir jahat, Maxim Horvath (Alfred Molina), yang berencana untuk menghancurkan dunia. Bukan perkara yang mudah, meski Dave sebenarnya mewarisi kekuatan Merlin, dia bukanlah tipikal murid yang baik, dia hanya ingin hidup normal. Bahkan Dave seringkali tak fokus karena hadirnya Becky. Dari sini tentu penonton sudah bisa menebak The Sorcerer’s Apprentice hendak dibawa kemana. Secara keseluruhan, tak ada yang istimewa dari film ini. Jerry Bruckheimer sepertinya memang telah kehilangan sentuhan magisnya setelah beberapa film terakhir gagal menghadirkan hiburan yang menarik bagi penonton seperti di masa kejayaannya dulu. The Sorcerer’s Apprentice mungkin akan terasa garing dan kurang bergigi bagi sebagian orang, walau saya cukup yakin penonton cilik dan remaja akan dibuat terhibur dengan sajian special effect yang cukup menarik. Bruckheimer masih paham bagaimana memaksimalkan bujet yang ada sehingga adegan megah dan canggih masih banyak ditemui.

Lupakan saja naskahnya, dibidani oleh trio penulis naskah tak membantu sama sekali. Film semacam ini memang cenderung kita abaikan naskahnya, selama menghibur tak masalah. Namun seandainya naskah digarap lebih apik, The Sorcerer’s Apprentice bukan tidak mungkin akan menjadi menarik dan lebih bernyawa. Penambahan sub plot Dave yang mengejar cintanya cukup konyol sebenarnya, namun berhasil diakali dengan pemakaian lagu yang tepat sebagai latar belakang sehingga manisnya sedikit terasa. Mencari adegan yang lucu tentu saja ada mengingat ini adalah film keluarga. Bagaimana dengan aktingnya ? Ah, Alfred Molina bermain bagus seperti biasa. Dia membuat Maxim terasa begitu hidup, menyebalkan dan terlihat sangat keji. Ekspresinya pas dan tak berlebihan. Nicolas Cage biasa saja, tak mengecewakan, berakting pas sesuai dengan porsinya. Sayangnya sang bintang utama, Jay Baruchel, justru membuat gemas penonton dengan aktingnya yang terlalu over. Tak ada kharisma, berlebihan dan membuat saya ingin melontarkan mantra “Avada Kedavra” setiap dia muncul di layar (Sialnya, dia muncul di hampir setiap scene!). Sementara Teresa Palmer dan Monica Bellucci lumayan sebagai penyedap mata.
Sebagai tontonan di kala liburan panjang, The Sorcerer’s Apprentice memang lumayan menghibur, setidaknya masih lebih asyik ketimbang The Last Airbender yang serba tidak jelas. Bujet dimanfaatkan dengan maksimal oleh Bruckheimer sehingga efek special canggih dan indah bertebaran di hampir sepanjang film. Beberapa adegan juga cukup menarik, utamanya saat Dave harus menghadapi peralatan rumah tangga yang ‘memberontak’ sehingga menyebabkan kekacauan yang luar biasa. Kekurangan lebih kepada naskahnya yang terlalu dangkal dan diolah di tangan yang salah serta akting Jay Baruchel yang sangat mengganggu. Selebihnya, tak ada masalah yang begitu berarti. Meskipun tak maksimal, Jerry Bruckheimer sanggup menghadirkan hiburan yang cukup menyenangkan.
Nilai = 6/10 (Acceptable)



, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.







