#AnalisisLagu

Terjemahan Bebas dan Analisis Lirik Lagu Little by Little – Oasis (Bagian 2)

Halo!

Di bagian kedua analisis
lirik lagu Little by Little yang dibawakan oleh Oasis ini, saya akan membagikan
terjemahan bebas dan penafsiran saya terhadap lagu ini. Untuk kalian yang belum
membaca bagian pertama, silakan klik di sini untuk membaca. 🙂

Di postingan ini, saya
akan membagikan penafsiran bebas saya mengenai lirik, video klip, hubungan
antarkeduanya, serta simbolisasi atau hal-hal yang menyiratkan sesuatu dalam
video klip atau liriknya.

Selamat membaca. 🙂

—–

Lagu dimulai dengan sebuah
adegan di mana seseorang berdiri di pinggiran jalan di antara orang-orang yang
ramai berlalu-lalang. Perbedaan yang mencolok antara tokoh utama kita ini
dengan orang-orang lain yaitu terletak pada dua hal: ukuran tubuhnya dan apa
yang dia lakukan di sana. Ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dibandingkan
orang-orang lain. Di tengah hiruk pikuk orang yang berjalan dengan cepat dan
seakan memiliki tujuan yang jelas itu, tokoh utama kita ini justru terlihat
berbeda. Ganjil. Mungkin itu yang bisa saya gambarkan. Ekspresinya bukan sedih,
bukan juga santai, bukan juga menikmati, bahagia, atau puas. Dibilang polos
juga kurang tepat. Rautnya ganjil, seolah ada yang dia sembunyikan di balik
ekspresi yang dia tunjukkan itu, seolah ia ingin terlihat santai tetapi tetap
saja ia tidak terlihat demikian. Begitu pula dengan tujuannya berada di situ. Tidak
ada suatu hal tertentu yang dia lakukan di sana. Berdiri dan berjalan-jalan
tidak jelas sambil mengamati sekelilingnya. Saya pikir dia sedang memikirkan
sesuatu, mengobservasi, demi mencari suatu jawaban.

Penggambaran tokoh utama
yang sedemikian rupa ini menyiratkan bahwa ia sedang dalam kondisi kecil,
lemah, dan tidak tahu apa yang dituju dalam hidup. Karena tidak mungkin kita
maknai bahwa orang ini “kecil” secara jasmaniah, maka satu-satunya kemungkinan
adalah bahwa “kecil” itu hanya perasaannya saja. Ia merasa kecil, merasa
rendah, di antara orang-orang yang (terlihat) “besar” (bisa kita maknai sebagai
“sukses”) dan tahu ke mana mereka bergerak. Mereka tahu persis tujuan mereka
dan jalan mana yang harus ditempuh.

Ingat, ini hanya sesuatu
yang tokoh utama kita rasakan, bukan berarti yang sesungguhnya terjadi. Karena pada
kenyataannya, dia tidak bisa membaca apa yang orang-orang lain pikirkan dan
rasakan. Bisa jadi mereka terlihat “besar” namun mereka merasa “kecil” juga. Bisa
jadi mereka terlihat bergerak dan berprogres, tetapi siapa tahu mereka merasa
seperti berjalan di tempat.

Dia tidak tahu itu, tidak
pula kita.

Untuk menyelami apa yang
sebenarnya ia pikirkan, mari kita masuk pada lirik.

We the people fight
for our existence

We don’t claim to
be perfect but we’re free

We dream our dreams
alone with no resistance

Fading like the
stars we wish to be

Di sini, mulai tampak bahwa dia ternyata sedang
berpikir tentang manusia dan eksistensi (keberadaannya) di dunia. Dengan mengamati
orang-orang di sekitarnya, dia menyadari bahwa bukan hanya dia, tetapi semua
orang, sedang memperjuangkan keberadaanya. Untuk tetap ada, untuk tetap memutar
roda, untuk tetap mengayuh sepeda.

Dia merasa bahwa okelah, manusia dan kehidupannya memang
tidak sempurna. Namun, paling tidak, kita semua bebas. Manusia berhak
memimpikan apa yang mereka inginkan. Tanpa ada yang membendung, melawan, atau
membatasi. Namanya juga mimpi. It stays at our mind and no one knows.

Mimpi-mimpi itu kemudian menjelma menjadi seperti
bintang. Sesuatu yang kita kagumi, kita jadikan patokan, kita kejar, dan ingin
kita raih. Sayangnya, bintang bukanlah suatu zat yang abadi. Yang terlihat
mengagumkan itu bisa jadi hanyalah sebuah gumpalan debu berlapis api yang
berpijar dan tampak cantik dari kejauhan. Untuk apa kita berharap meraih atau
menjadi bintang, jika hal itu pun tidak abadi? Untuk apa kita sebegitunya
mengharap sesuatu jika zat itu akan hilang pada masanya?

Kadang yang kita pandang baik dan indah, nyatanya
tidak seindah itu.

Kadang yang kita pandang penting, nyatanya tidak sepenting
itu.

You know I didn’t
mean what I just said

But my God woke up
on the wrong side of his bed

And it just don’t
matter now

Waking up on the wrong side of the bed” merupakan
sebuah idiom dalam bahasa Inggris yang berarti “sedang bad mood.”

Di sini, menurut saya si tokoh utama seolah
berkata, “Ah, sudahlah. Lupakan saja apa yang aku katakan tadi. Mungkin hidupku
seperti ini karena memang Tuhan saja yang sedang bad mood (sehingga saat ini
Dia juga tidak mood untuk mengulurkan tangan-Nya padaku dan hidupku). Tapi itu
tidak penting sekarang, karena ……….”

As little by little
we gave you everything you ever dreamed of

Little by little
the wheels of your life have slowly fallen off

Little by little
you have to give it all in all your life

And all the time I
just ask myself why you’re really here?

“ … karena sedikit demi
sedikit, harapanku mulai terwujud. ….”

Baris pertama, clear.

Bagaimana dengan baris
kedua?

Pada baris kedua di bait di
atas, kata “fallen off” dalam konteks “roda (wheels)” berarti “lepas”. Hal ini
terdengar aneh dan out of context ketika digabungkan dengan konteks satu bait.
Karena ketika roda terlepas, yang terjadi adalah kita kehilangan keseimbangan
dan terjatuh. Satu-satunya hal yang mungkin adalah pemaknaan “wheels” sebagai “training
wheels
” atau roda bantuan yang biasanya dipasang di kanan kiri sepeda anak
kecil. Dengan demikian, kita mendapat tafsiran bahwasanya sedikit demi sedikit,
kita mulai bisa mengambil kontrol terhadap hidup kita, menyeimbangkan sepeda
kita, dan mulai berjalan sebagaimana mestinya, terlepas dari apa yang akan kita
hadapi nanti di pertengahan bersepeda.

Kata “give it all in all
your life
” pada baris ketiga dapat diartikan bahwasanya sedikit demi sedikit,
dalam perjalanan kita tersebut, kita harus/terpaksa belajar untuk berusaha
sekeras mungkin dan mengerahkan sekuat tenaga untuk membuat “perjalanan (hidup)”
kita terus berlanjut dengan lancar. Dan seiring dengan perjalanan tersebut,
kita kerap berpikir, “untuk apa sebenarnya kita hidup?” yang menurut saya itu
bukan suatu pertanyaan. Menurut saya, kalimat itu lebih mengarah ke refleksi
dan bentuk kesadaran bahwa life is for
nothing but learning
. Hidup itu bukan untuk apa pun melainkan belajar.

Bait di atas, clear. Sekarang
kita lanjut ke bait selanjutnya dan poin adegan dalam video klip yang
menyertainya.


Scene di atas merupakan
apa yang ditampilkan ketika bait di bawah didendangkan. Terlihat tokoh utama
kita sedang berdiri di sebuah halte bersama seseorang yang (masih saja) “lebih
besar” darinya.

Dari sekian banyak
background yang bisa dipilih, si produser video klip memilih sebuah gambar
kebun stroberi untuk dijadikan latar belakang halte. Hal ini mengingatkan saya
pada lagu “Strawberry Fields Forever” oleh The Beatles. Lagu Strawberry Fields Forever diciptakan oleh John Lennon yang diilhami oleh pengalaman nyatanya dengan
sebuah kebun stroberi di dekat rumah masa kecilnya. Tumbuh dengan kondisi
broken home dan masa kecil yang keras, Lennon suka pergi bermain ke kebun
stroberi itu. Di situlah ia menghabiskan sebagian masa kecilnya.

Sekarang mari kembali ke
lirik.

True perfection has
to be imperfect

I know that that
sounds foolish but it’s true

Day has come, now
you’ll have to accept

Life inside your
head we give to you

Gambar tokoh utama di
kebun stroberi muncul bersamaan dengan lirik “True perfection has to be
imperfect. I know it sounds foolish but it’s true.
” Saya punya feeling ini
merupakan sebuah alusio atau referensi yang merujuk ke Strawberry Fields Forever (or maybe hanya cocoklogi saya wkwk). Either way, masih cocok saja jika
saya menautkan ini dengan kebun stroberi John Lennon.

Kesempurnaan sejati seharusnya
tidak sempurna.
” Hal ini saya tafsirkan sebagai, sesempurna apa pun sebuah
kebun stroberi, ia menyimpan luka-luka orang yang mendatanginya untuk
penghiburan. Atau sesempurna apa pun lagu Strawberry Fields Forever (hingga
menjadi hits pada masanya), kita tidak bisa melupakan latar belakang dari lagu
tersebut, di mana John Lennon kecil pernah datang bermain ke sebuah kebun
stroberi dengan hati terluka. Intinya, bagaimana pun sempurnanya sesuatu yang
kita lihat sekarang, tentu menyimpan atau membawa hal-hal yang tidak sempurna lagi
menyakitkan bersamanya.

———-

Lirik kembali ke reff dan
yang akan saya bahas hanya scene/adegan dalam video klipnya saja. 🙂

You know I didn’t
mean what I just said

But my God woke up
on the wrong side of his bed

And it just don’t
matter now

Pada lirik ini dan di menit ini, muncul seorang dengan
baju putih. Ia berjalan dengan santai. Tidak seperti semua orang yang pernah
muncul, hanya dia yang berpakaian putih cerah. Saya kurang bisa menduga apakah
ini simbolisasi atau bukan, serta jika iya, simbolisasi dari apakah ini, saya
tidak tahu. Tapi sosok dengan baju putih selalu mewakili sesuatu yang “baik”,
kan? Lihat saja itu, gambaran-gambaran malaikat, pemuka-pemuka agama, atau orang yang sedang beribadah haji. Mereka hampir selalu digambarkan memakai pakaian berwarna putih.

As little by little
we gave you everything you ever dreamed of

Little by little
the wheels of your life have slowly fallen off

Yang jelas, setelah tokoh berbaju putih ini muncul,
si tokoh utama ditampilkan sedang menyeberang jalan dan tubuhnya meninggi
mengikuti ukuran manusia normal di sekitarnya. Menurut saya, hal ini
menyiratkan bahwasanya hari-hari baik akan datang, dan akan ada hari di mana kamu tidak akan lagi
merasa buruk tentang dirimu sendiri.

Little by little
you have to give it all in all your life

And all the time I
just ask myself why you’re really here?

Dan benar saja, ketika tokoh utama tersandung dan
jatuh, si tokoh berbaju putih ini mengulurkan tangannya dan membantunya
bangkit. Hal itu terjadi begitu saja, dan setelah itu, tokoh berbaju putih
kembali berjalan tanpa menoleh lagi ke belakang.

Why am I really
here?

Why am I really
here?

Video klip diakhiri
dengan adegan-adegan di mana si tokoh utama mulai berjalan ke tempat-tempat
dengan manusia yang lebih sedikit. Gedung-gedung yang mulanya berimpitan
menjadi longgar dan memberi jarak pada tokoh utama untuk berjalan. Tokoh utama
terus bertumbuh hingga tingginya melebihi pagar, gedung, dan pohon-pohon di
sekitarnya. Untuk penafsiran terkait hal ini, saya serahkan sepenuhnya pada
kalian, pembaca yang budiman. 🙂

———–

Terima kasih sudah
membaca sejauh ini, serta bersabar terhadap segalanya. Terhadap saya, tulisan
saya, dan apa pun yang terjadi dalam hidup.
Life is never easy but let’s just
believe that it will give the rewards we deserve
. Tidak harus sekarang, maybe
sometime in the future
. Seperti yang disampaikan lagu ini, “Little by Little”.
🙂

Things are gonna be fine.

Peace out! 🙂

Saya undur diri.

AR.

———–


Pic source: Photo by Polina Sirotina from Pexels

https://www.pexels.com/photo/person-walking-on-seashore-1217237/


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top