
Michael Gracey
Michelle Williams,
Zac Efron, Zendaya
Oke
all, ini kali pertama aku akan menuliskan review film pertama yang
kutonton di awal tahun 2018. Film ini keluar di bioskop Indonesia di
penghujung tahun 2017, dan karena aku begitu hectic di luar
*tsah*, aku masih belum menonton film ini hingga tanggal 12 Januari
lalu. Meski sudah banyak sekali yang mengatakan kalau film ini wajib-kudu-mesti-ditonton. Karena taste-nya akan berbeda saat kamu menonton di bioskop atau di tv. Oh, well,
aku memang pasti menonton film ini, Hugh Jackman yang main gitu lho.
Tapi ya itu, masih belum ada yang memaksa diri untuk melihat film ini
segera. Kembali dari kantor rasanya lebih menyenangkan langsung ke
rumah.
Hmm,
Jumat lalu, saat aku ke Gandaria City, ujug-ujug melihat The Greatest
Showman masih main di premiere dan diputar jam 7 malam, alhasil tanpa
mikir apa-apa, aku langsung saja meluncur dan beli tiketnya. Karena
tidak persiapan, dapatlah duduk agak di pinggir.
ada sama sekali.
plot besar dari awal hingga akhir, mohon tidak membaca jika tidak mau
spoiler sama sekali.
The
Greatest Showman menceritakan tentang Phineas Taylor Barnum (P.T.
Barnum), seorang bocah yang bekerja membantu sang ayah, seorang penjahit
yang bekerja di keluarga Hallett. Di sana dia bertemu dengan Charity
Harllett dan karena sebuah lelucon, membuat mereka menjadi dekat dan
saling berkorespondensi selama Charity berada di sekolah (“A Million
Dreams”). Saat bertemu kembali sesudah mereka dewasa, mereka menikah dan
memiliki dua orang putri di kota New York (“A Million Dreams
(Reprise)”). Meski Charity bahagia, Barnum bermimpi lebih besar.
Barnum
dikeluarkan dari pekerjaannya karena perusahaan tempat dia bekerja
bangkrut. Mengambil risiko besar, Barnum mengambil kredit dari bank dan
membeli museum di Manhattan. Atraksi yang diberikan hanyalah model-model
lilin. Karena penjualan tidak bagus dan putri Barnum mengusulkan
sesuatu yang lebih “hidup”, Barnum memutuskan untuk menampilkan segala
sesuatu yang “aneh” dalam atraksinya. Atraksi itu mengundang banyak
penonton meski juga menuai protes dan memberikan label “Barnum’s Circus”
untuk atraksi yang dilakukan Barnum (“Come Alive”).
Untuk
menarik perhatian orang dari kalangan kelas atas, Barnum bertemu dengan
Phillip Carlyle dan meyakinkan pemuda itu untuk bergabung (“The Other
Side”). Carlyle menjadi “tangan kanan” Barnum dan tertarik dengan Anne
Wheeler, salah satu pemain di atraksi Barnum. Carlyle membawa Barnum dan
yang lainnya untuk bertemu Ratu Victoria dan di sana dia bertemu dengan
Jenny Lind, seorang penyanyi dan mengajaknya untuk tampil di Amerika,
menjadikan diri Barnum sebagai manajer wanita itu.
Pada saat
penampilan Lind (“Never Enough”), Carlyle membuat Wheeler kesal karena
tidak berani menunjukkan ketertarikan pria itu saat ada orang tua
Carlyle di sekitar, alih-alih, penampilan Lind sukses. Sementara Barnum
memperoleh ketenaran yang diinginkan dengan penampilan Lind itu, namun
justru menjauhkan dan menutupi keberadaan para anggota sirkusnya dari
kalangan kelas atas. Ditolak, mereka memutuskan untuk tetap percaya diri
dan melawan para penolak mereka (“This Is Me”).
Carlyle
mengatur agar bisa pergi menonton teater dengan Wheeler, namun di sana
mereka bertemu dengan orangtua Carlyle dan membuat Wheeler terhina.
Carlyle berusaha meyakinkan Wheeler bahwa mereka bisa bersama, namun
gadis itu menolak (“Rewrite the Stars”).
Barnum membawa Lind untuk tour keliling U.S, meninggalkan Charity dan kedua putrinya (“Tightrope”).
Dalam
perjalanan tour, Lind jatuh cinta dengan Barnum, menyatakannya namun
ditolak oleh pria itu, membuat Lind sakit hati dan marah, dan
menunjukkannya dalam penampilannya yang terakhir (“Never Enough
(Reprise)”). Wanita itu memberikan ciuman perpisahan yang difoto oleh
wartawan. Barnum kembali pulang ke rumah dan menemukan sirkusnya habis
dilahap api saat pertengkaran antara para penampil dengan pendemo. Dalam
keributan, Carlyle menduga Wheeler masih di dalam gedung dan berlari
masuk untuk menyelamatkan gadis itu, tanpa tahu Wheeler sesudahnya
keluar tanpa terluka. Barnum pun masuk ke dalam gedung dan menyelamatkan
Carlyle. Setelah kebakaran, gedung hancur dan Carlyle terluka parah.
Pembatalan pementasan Lind membuat Barnum kehilangan rumahnya dan
Charity kembali ke kediaman orangtuanya.
Depresi, Barnum mulai
menghabiskan waktu dengan mabuk-mabukan. Para penampilnya dari sirkus
menyadarkannya akan apa yang sudah dilakukan oleh Barnum telah
“menyelamatkan” mereka semua dan meyakinkan pria itu untuk membangun
sirkus kembali; membuat Barnum sadar bahwa reputasi dan kekayaan telah
membutakan dirinya dan dia bertekad untuk tetap rendah hati (“From Now
On”). Di saat yang sama, Carlyle sadar di rumah sakit dengan Wheeler di
sampingnya.
Barnum mengunjungi istrinya dan mereka kembali
bersama. Namun upayanya untuk mendapatkan pinjaman dari bank gagal dan
ditolak. Carlyle yang sudah pulih mengulurkan pertolongan dari semua
penghasilan bagiannya yang sudah dia simpan untuk membangun sirkus
kembali, dengan kondisi mereka sebagai partner, yang disepakati oleh
Barnum. Karena membangun kembali di tempat semula terlalu mahal, Barnum
membangun kembali sirkusnya di dalam tenda di dermaga. Sirkus itu
sukses. Barnum mundur, memberikannya kepada Carlyle dan fokus kepada
keluarganya (“The Greatest Show”).
INI BAGUS BANGET ASTAGAAAAA! Sepuluh dari sepuluh! Tidak hanya warna
dan tone filmnya saja, tapi juga soundtracknya semuanya indah! Aku cuma
bisa komen film ini SWEET dan BEAUTIFUL. Film yang bisa bikin kamu duduk
setelah selesai menonton dan merasa ingin menonton ulang. Aku jadi
mengerti kenapa beberapa orang (banyak bahkan!) memutuskan untuk
menonton film ini hingga berkali-kali. Bahkan aku termasuk salah satu di
antara mereka! Sayang sekali aku baru bisa menonton saat film ini sudah
hampir turun dari layar bioskop, tapi tetap aku PUAS BANGET!
Inti
terbesarnya, film ini menceritakan perjuangan Barnum mengejar mimpinya.
Berlatar dari keluarga miskin, tidak berarti dia harus membuang mimpi
dan hanya menjalani hidup yang seolah sudah digariskan bagi dirinya. Dia
memimpikan sesuatu yang besar. Dan memangnya kenapa kalau orang-orang
mencemoohnya hanya karena dia berasal dari keluarga miskin dan stigma
yang melekat? Tidak harus kaya untuk mengejar mimpi, bukan? Namun
mengejar mimpi dan berhasil menggapainya, tidak berarti harus
meninggalkan mereka yang mendukung di belakang. Kekayaan dan reputasi
tidak selamanya bisa menggantikan keluarga dan kasih dari orang-orang di
sekitar. Karena kekayaan dan reputasi yang dibayar dengan keluarga
adalah harga yang terlalu mahal.
Aihhh, kisahnya indah dan manis lha itu. WAJIB-KUDU-MESTI-DITONTON! 10 from 10! Happy watching!
NB: Aku suka semua semua original soundtrack-nya.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.