
Aku sudah lama sekali me-pending drama The Legend of White Snake, hampir sama lamanya dengan aku melakukan hal yang sama dengan Fox in the Screen atau Listening Snow Tower (judul yang terakhir bahkan masih belum aku selesaikan hingga saat ini, bahkan setelah aku ditampar dengan spoiler *huft*)
Setelah aku menuliskan update blog-ku yang terakhir mengenai drama ini, aku sudah lanjut menonton hingga episode 17, dan kemudian berhenti sama sekali. Aku akan membahas kenapa akhirnya aku kehilangan minat dengan drama ini.


Sayangnya, apa yang sebelumnya menarik perhatian buatku, lambat laun justru membuatku bosan. Setidaknya sekitar lima episode terakhir (dari episode 17 itu), aku menganggap Xu Xian yang polos jadi terlihat membosankan. Aku memang terbiasa melihat karakter hero yang sama rata kekuatannya dengan si heroine, sementara di sini, aku melihat hero yang berbeda, dan itu sejujurnya membuatku jetlag dan bosan.
Aku memutuskan untuk pending drama ini sejak saat itu, sampai kemudian aku memutuskan untuk melanjutkannya dalam minggu ini. Ah, aku melanjutkannya langsung ke episode terakhir, jadi tentu saja pendapatku akan sangat bias, dan mungkin saja ada sesuatu yang berbeda dari episode 18 hingga 35, dan tidak sempat kulihat, hanya saja aku memutuskan untuk langsung melompat ke episode 36 karena aku tidak mau meninggalkan drama ini terlantar begitu saja, terutama dengan tiga karakter utama yang cukup kukenal. 😏


Di awal episode 36, kita akan disuguhkan bagaimana Suzhen menyerang Fahai dan bhiksu yang lain. Mereka semua menawan Xuxian dan Suzhen ingin membebaskan Xuxian. Rupanya Fahai dan para bhiksu yang lain menawan Xuxian dengan alasan demon berada di dalam diri Xuxian dan tidak bisa dimusnahkan. Keputusan Xuxian untuk menyerahkan dirinyalah yang membuatnya berada di sana. Hanya saja Suzhen tidak mau mengerti dan menyerang mereka.
Di sisi lain, Xiao Qing pergi mengambil artefak untuk mengendalikan samudra dari ayahnya sendiri, lalu memberikannya kepada Suzhen. Dengan artefak itu, Suzhen membanjiri kota dan membuat banyak orang menderita, dalam upayanya untuk membebaskan Xuxian. Di saat inilah dewa langit menugaskan para dewa lainnya untuk menghentikan Suzhen.


Suzhen berhasil membebaskan Xuxian, namun dia harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Dewi Kwan Im yang kemudian muncul, mengharuskan Suzhen untuk dikurung di dalam Leifeng Pagoda dan membaca kitab suci. Dia baru bisa bebas kembali saat West Lake mengering dan Leifeng Pagoda hancur. Suzhen meninggalkan putranya dan Xuxian, dan berjalan dengan keinginannya sendiri ke dalam pagoda.
Xuxian yang sedih, berkeliling dari kota ke kota dan mengamalkan ilmu penyembuhannya, meninggalkan putranya kepada kakak perempuannya untuk diasuh dan dibesarkan. Seiring dengan waktu yang berjalan, sang putra tumbuh dewasa dan mengetahui kisah kedua orangtuanya. Dia belajar dengan baik dan menjadi pejabat. Saat dia berhasil menangani satu masalah, dia memohon kepada kaisar untuk mengabulkan permintaannya mengadakan doa di depan Leifeng Pagoda.
Karena amal baik yang dibuat oleh Xuxian dan sang putra, membuat air West Lake dan Leifeng Pagoda hancur, hingga Suzhen dibebaskan. Suzhen kemudian bertemu kembali dengan Xuxian dan kisah pun berakhir…
oOo



Aku sendiri tidak terlalu ingat dengan kisah tahun 1992-nya, tetapi entah kenapa saat aku melihat versi 2019 ini, aku merasa tidak bisa terima dengan kisahnya. Kesan yang ditinggalkan tidak seberkesan versi sebelumnya, atau drama-drama wuxia-xianxia lainnya. Too bad. 😐 Tetapi setidaknya aku lega karena akhirnya aku bisa menyelesaikan drama ini dan tidak merasa berhutang lagi. 😅
Kalau ada yang berpendapat berbeda, kamu bisa menuliskannya di bagian komen ya. Atau apakah aku seharusnya menonton semua episode yang akhirnya kulompati itu. 😆

Part I | Part II | News | Part III | Part IV | Part V

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.