Sophon Sakdaphisit ; Produced by Jira Maligool, Chenchonnee Soonthornsarakul,
Suvimon Techasupinum, Vanridee Pongsittisak ; Written by Sopana Chaowwiwatkul,
Sophon Sakdaphisit ; Starring Saharat Sangkapreecha, Piyathida Woramusik,
Atipich Chutiwatkajornchai, Sutatta Udomsilp ; Music by Hualampong Riddim,
Vichaya Vatanasapt ; Cinematography Kittiwat Semarat ; Editing by Thammarat
Sumethsupachok ; Studio GTH & Jorkwang Films ; Release date(s) April 28,
2011 (Thailand) ; Running time 113
minutes ; Country Thailand ; Language Thai
(Saharath Sangkapreecha), yang baru saja naik jabatan di tempat kerjanya
memindahkan keluarganya dari Bangkok ke perumahan Ladda Land. Kepindahan ini rupanya
menimbulkan konflik di dalam keluarganya, terutama dengan anak tirinya Nan
(Suthatta Udomsilp). Tak hanya itu, teror horror rupanya sedang menghantui
Ladda Land, dan keluarga mereka hanya sedang menunggu waktu sebelum kedatangan
terror dari tamu tak diundang.
yang lebih menakutkan daripada hantu di lingkungan rumahmu sendiri. Sophon
Sakdaphisit – yang sebelumnya menjadi penulis naskah di 2 film horror Thailand
lainnya Shutter (2004) dan Alone (2007) lantas menjalani debut penyutradaraan
melalui film Coming Soon (2008), tahu benar hal ini. Sophon yang menjadi
sutradara dan penulis naskah film ini mengemas Ladda Land menjadi sebuah film
drama keluarga bernuansa horror yang konon inspirasinya datang dari kehidupan
nyata. Bayangkan ada teror hantu di perumahanmu, siapa yang mau tetap tinggal
di sana? Rupanya di film ini Thee, si tokoh-utama-bodoh-yang-selalu-ada-di-setiap-film-horror adalah orang yang masih betah tinggal di lingkungan berhantu . Dan lantas ini menjadi sebuah inti cerita
film yang pada pemutarannya di Thailand berhasil mengalahkan film box office
Thor.
mengumbar hantu sepanjang film, Ladda Land tampil beda dengan menyisipkan unsur
drama keluarga di dalam filmnya. Drama keluarga ini lumayan memiliki porsi
besar sebagai bagian cerita film, dan cukup membuat saya yang mendambakan
penampakan dari roh-roh gentayangan sedikit merasa bosan, terutama pada bagian
awal film. Dengan porsi drama yang cukup signifikan, maka diharapkan tokoh-tokohnya
bermain total sebagai aktor dan aktris drama, dan itu (untungnya) dibawakan
dengan baik oleh jajaran cast-nya, terutama sang aktor utama Saharath
Sangkapreecha sebagai tokoh utama yang menurut saya bisa merebut simpati penonton.
Ladda Land akan tetap saya rekomendasikan menjadi tontonan horrormu di malam hari? Sayangnya tidak. Menulis review ini membuat saya sedikit merasa
membuang-buang waktu, dan rupanya sama membuang-buang waktunya dengan menonton
filmnya. Drama keluarga boleh saja menjadi kekuatan Ladda Land, but come on,
film horror berhantu harusnya kuat juga di adegan-adegan berhantunya. Tapi
Ladda Land sangat lemah dalam menakut-nakuti penonton (in this case, myself).
kemunculan hantunya sudah sangat bisa ditebak. Sophon, sang sutradara, sudah
bermain dengan cukup pelan-pelan untuk membangun ketegangan, namun eksekusinya
banyak yang missed dan terburu-buru, sehingga saya justru tidak merasa takut.
Kalaupun saya terkejut, itu karena scoring music-nya yang memekakkan telinga
secara tiba-tiba. Di banyak scene malah scoring music terdengar sangat
mendayu-dayu, terasa tidak pas dan (errrr.. yeah) sedikit ketinggalan jaman. Belum lagi artis-artis “pemeran hantu” yang
muncul dengan make-up mengerikan, cukup mengerikan sehingga ironisnya malah
tidak membuat saya takut karena merasa terlalu “dibuat-buat”.
tidak menampilkan apa yang diinginkan penonton. Sampai akhir film ini, misteri
apa yang sesungguhnya menghantui Ladda Land tidak terjawab. *Anyway, saya
bilang begini bukannya saya mau nyepoiler, but I guess you have a right to know
before you watch it*. Akan ada banyak
ketidaklogisan cerita kalau kamu menontonnya dengan cukup teliti. Yeah, memang
semua film horror tidak logis dan tokoh-tokohnya harus bertindak konyol supaya bertemu hantu, tapi akan ada banyak hal yang membuatmu sewot,
gemas, dan merasa kemunculan hantu-hantu silih berganti itu tidak relevan dan
akhirnya jatuhnya menjadi sebuah parade halloween hantu-hantu Thailand. Kemunculan hantu di banyak
tempat, di rumah berhantu dimana seorang pembantu Myanmar mati mengenaskan
hingga tetangga rumah Thee yang pyscho, justru terasa tidak fokus dan
membingungkan. Ditambah lagi dengan setting perumahan yang cukup modern, Ladda
Land benar-benar fatal gagalnya dalam menakut-nakuti saya.
Sejujurnya saya sendiri lebih menyukai Coming Soon – film
Sophon sebelum ini. Dibandingkan film-film horror Jepang seperti Ring dan Ju-On
yang membuat saya merasa ketakutan melihat sumur dan loteng, Ladda Land malah
membuat saya tidur nyenyak malam harinya – yang artinya untuk sebuah film
horror adalah kegagalan.
Ladda Land
adalah film yang terlalu “berusaha” menakut-nakuti penonton hingga penonton
akan menjadi sedikit “kebal” dan justru membuat film ini terasa konyol. Ada banyak ketidaklogisan jalan cerita, plot hole
besar yang tidak terjawab hingga akhir film – dan ini sangat menyebalkan. Saya tidak mengatakan Ladda Land adalah film horor yang
buruk – jika saya dengan tega hendak membandingkannya dengan film-film sampah horor Indonesia, namun yeah, I must admit it, this movie really wasted my time.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.







