budaya

Ramati dan Namanya yang Absurd

 

Di balik namanya yang tidak punya daya juang
melawan nama-nama kebarat-baratan yang populer seabad belakangan ini, Ramati
mempunyai karakter yang unik dan cara pandang miring tentang dunia. Kadang orang-orang
kampung yang kebanyakan amoral itu menyebutnya abnormal.

Waktu zaman SMP dulu, ia pernah dirundung oleh
teman-teman sepermainannya karena namanya yang tidak asyik (meskipun sekarang
mereka sudah tobat dan meminta maaf). Maklum, si Charlotte dan Michelle itu
suka sekali menonton film barat bergenre bildungsroman dengan setting
sekolahan, yang notabene gemar sekali menampilkan adegan bullying atau perundungan. Dicontohlah oleh mereka apa yang
dilihatnya di televisi.

Hingga sampai pada suatu saat, sambil terisak,
Ramati berjalan pulang dari sekolahnya. Sesampainya di rumah, ia bertanya pada
ibunya mengapa namanya tidak “asyik” seperti anak lain. Ibunya yang pernah
bercita-cita menjadi seorang filsuf (namun tidak kesampaian) itu menjawab dengan
bijak dan penuh karisma. Katanya, dengan nama Ramati, ibunya berharap si anak
untuk terus hidup dan ra mati-mati.
Tentu saja bukan jasadnya yang beliau maksud, melainkan semangat dan amal
baiknya. Ibunya juga menjelaskan bahwasanya Ramati adalah singkatan dari “ramene ati”. Dengan begitu, si ibu berharap
anaknya dapat menjadi pelipur lara, pengobat duka, dan penghilang gulana dari
orang-orang di sekitarnya. Benarlah demikian, jika frasa itu dimaknai secara
positif. Ibunya lupa, kalau “ramene ati”
secara negatif dapat dimaknai sebagai bahan gunjingan dan sumber kedengkian di
hati orang-orang yang hatinya “rame”
atas perilaku atau gaya Ramati yang cukup eksentrik.

Dijelaskan begitu, Ramati hanya
manggut-manggut saja. Sepertinya ia kurang paham.

Namun terlepas dari nama beserta filosofinya
yang tidak masuk akal itu, Ramati sungguh pandai memainkan perannya di panggung
kehidupan. Ia memang miskin, tapi secara alami, ia anak yang lumayan cerdas dan
rasional. Kita lihat saja di feed Instagram-nya, tidak ada sama sekali foto-foto
hedon saat dapat liburan gratis di
Bunaken tahun lalu. Padahal kalau mau, dia punya beberapa foto layak pajang di
ponselnya. Katanya, ia hanya takut teman-temannya iri dan bisa-bisa ia kena
santet.

Ramati juga tidak pernah mengunggah foto
bersandar pada mobil mewah sembari menenteng gelas kopi Cetarbaks di tangannya
ala-ala pose kekinian. Bukan karena ia tidak punya mobil mewah (walaupun
sebenarnya memang tidak punya), kalau mau, ia bisa saja pinjam kawan lamanya si Michelle itu. Sewaktu ditanya kenapa, ia hanya bilang, “Buat apa?”

Kalau kita lihat Facebook-nya, ia juga tidak
pernah update status bernada pejoratif dan menuai kontroversi. Pun ia tidak
pernah sambat di media sosial dengan audiens yang tidak terkontrol. Paling pol, ia hanya sambat di grup keluarga
yang anggotanya masih dia sendiri dan calon suaminya.

Memanglah aneh jalan pikiran si Ramati itu.
Isi otaknya hanya bisa dimengerti olehnya sendiri. Ada lagi kisah tahun lalu
tentang ia yang mengadakan suatu kompetisi. Balapan Sambat namanya. Lain kali
akan kuceritakan soal itu. Tulisan sepanjang ini sudah cukup menuai banyak dosa
akibat ngrasani Ramati. Kita doakan
saja si Ramati panjang umur sehat selalu. Aamiin.

 


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top