“He’s gonna kill us.”
Beberapa waktu lalu, hamba baru menemukan sebuah hidden gem yang tak banyak diperbincangkan oleh netizen dan sepertinya malah sudah mulai terlupakan keberadaannya. Film tersebut berjudul Bad Samaritan, disutradarai oleh Dean Devlin (Geostorm), serta dirilis pada tahun 2018 silam. Saat menontonnya, diri ini sampai bertanya-tanya, “apa yang aku lakukan tiga tahun lalu sampai mengabaikan film ini?.” Jawaban yang mungkin paling masuk akal adalah, Bad Samaritan tidak mendapatkan respon yang menggembirakan dari publik maupun kritikus kala diluncurkan. Tidak ada pujian, tidak ada pula cacian, hanya dianggap sebagai angin lalu. Bentuk resepsi yang jujur saja saya pertanyakan karena film bergenre thriller ini tergolong salah satu yang paling menggigit di genrenya dalam beberapa tahun terakhir. Kamu memang tidak akan menemukan jalinan pengisahan yang benar-benar baru maupun mindblowing, tapi saat film tersebut mampu mencengkrammu erat-erat sedari awal sampai akhir, mengapa kebaruan ini menjadi sesuatu yang penting? Maksudku, bukankah saat filmnya sanggup membawamu ikut terhanyut ke dunia di dalam film seharusnya sudah cukup ya?
Bad Samaritan sendiri menempatkan fokus penceritaannya kepada seorang petugas jasa valet mobil di restoran Italia bernama Sean (Robert Sheehan). Bersama rekan kerja sekaligus teman baiknya, Derek (Carlito Olivero), keduanya menjalani “pekerjaan sampingan” dengan membobol rumah para pelanggan resto. Selagi pemilik mobil menyantap makanan, salah satu dari mereka mengarahkan mobil ke rumah si pemilik dan mengambil barang-barang berharga di dalamnya. Perbuatan kriminal dua sohib ini mulanya berjalan lancar-lancar saja sampai Sean kena batunya. Saat menyusup ke rumah seorang pria kaya yang mengendarai Maserati, Cale (David Tennant), Sean mendapati temuan mengejutkan yang selamanya mengubah hidupnya: seorang perempuan bernama Katie (Kerry Condon) disekap di dalam kantor Cale. Sean mulanya berniat untuk menyelamatkan Katie sampai dia menyadari bahwa kaki Katie dirantai sementara waktunya sangat terbatas. Belum lagi dia harus menghindari kamera pengawas yang terhubung langsung ke ponsel Cale. Butuh perencanaan matang alih-alih spontanitas untuk bisa membebaskan diri dari rumah tersebut.
Telepon dari Derek yang mengabarkan status Cale yang siap meluncur seketika membuyarkan misi penyelamatan ini. Tapi Sean yang merasa bertanggungjawab secara moral – terlebih dia telah berjanji kepada Katie akan menyelamatkannya – enggan membiarkan begitu saja apa yang telah ditemukannya. Dia membuat laporan ke pihak berwenang mengenai temuannya tersebut meski ini berarti membahayakan dirinya sendiri. Bukan, bukan polisi atau FBI yang dikhawatirkannya melainkan Cale yang telah siap sedia untuk membuat kehidupan protagonis kita ini terasa seperti neraka. Seram, bukan? Fakta bahwa penonton telah diberi tahu sedari awal mengenai “si jahat” dan “si baik” tidak lantas mengurangi kenyamanan dalam menyaksikan Bad Samaritan. Memang betul skrip racikan Brandon Boyce tak terlalu berminat meluncurkan kejutan serta mengeksplorasi sosok Cale yang sejatinya menarik untuk dibedah, tapi kepiawaian Devlin bersama Brian Gonosey si penyunting gambar memungkinkan bagi film untuk bercerita secara rapat. Lajunya telah dikondisikan bergegas sedari awal dan sedari kunjungan Sean ke rumah-rumah yang disantroninya, intensitas terus beranjak naik.
Momen pertama yang membuat jantung terasa deg-deg ser adalah ketika Sean menemukan Katie, ingin menyelamatkannya, dan dia menerima telepon dari Derek mengenai status Cale. Bagaimana jika protagonis kita ini ketahuan? Bagaimana jika dia menjadi korban selanjutnya? Tak butuh waktu lama bagi Bad Samaritan untuk mengonfirmasi bahwa Sean memang telah diincar oleh Cale. Kekayaan serta koneksi yang dipunyainya memudahkan baginya untuk menghancurkan kehidupan Sean. Ya, ada sekelumit komentar sosial disini perihal status sosial serta seberapa kuat pengaruh yang dipunyai oleh masyarakat berkantong tebal. Tapi film memang tak berminat untuk menghadirkannya sebagai kritik dan memilih sepenuhnya berdiri di jalur tontonan popcorn bergenre thriller yang semata-mata diniatkan untuk membuat jantungmu berdegup kencang. Disamping pengarahan serta editing yang lincah, kekuatan lain dari Bad Samaritan bersumber dari akting prima jajaran pelakonnya khususnya David Tennant. Saya angkat topi untuknya yang berhasil membuat Cale sebagai sosok villain yang mengintimidasi, menakutkan, sekaligus menyebalkan. Tanpa harus mengetahui apa yang telah diperbuatnya, kita sudah bisa mendeteksi ada sesuatu yang jahat darinya hanya melalui tatapan dan caranya memerlakukan Sean serta Derek di awal film.
Exceeds Expectations (3,5/5)
Bad Samaritan yang menegangkan ini bisa kamu tonton secara streaming di Mola TV dengan membayar biaya berlangganan Rp. 12.500 per bulan. Selain film ini, aku juga menemukan banyak harta karun di sana.
, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.