Action

The Hunger Games Movies : Drama politik minim action yang dibalut pakai cinta-cintaan

Review The Hunger Games Movies

Warning : Bacanya sampai habis ya, ini pendapat subjektif dari sudut
pandang saya, setiap orang bebas berpendapat, so jangan mesti sama
dengan pendapat kalian ya, ntar kaget jantungan pula habis baca ini,
hehe. Dan yang saya review adalah movienya, bukan novelnya, karena saya
ga suka baca novel, so jangan dibanding-bandingin terlalu dalam, ntar
susah nariknya, hoho.

Warning : This may contain spoiler, so be alert for yourself and your own safety watching.

Pasca menonton tuntas semua installment dari film action drama
teenagers yang satu ini tadi malam, The Hunger Games – Mockingjay Part
II, kesimpulan yang saya punya semakin kuat dan sah, mengecewakan!
Mengapa mengecewakan? Ya karena “iklan” trailer dan posternya
menampilkan hal-hal macho, action, tapi sejak film pertamanya naik
tayang, tidak banyak adegan action yang ditampilkan, melainkan malah
penekanan kepada sisi dramanya, baik drama percintaan yang mewek-mewek
maupun drama politik basa-basi.

Saya penggemar film action, jadi ya
tentu ini merupakan sebuah pukulan telak buat saya, karena saat perdana
film ini diangkat dari novel ke layar lebar, mereka seolah-olah
mengiming-imingi saya akan suguhan film perang, pertempuran,
revolusioner, pemberontakan, separatis, pasukan, senjata, ledakan,
perkelahian dan pertumpahan darah atau apalah namanya yang saya tau
sebagai unsur dari sebuah sajian film action.

Bagaimana tidak? Dari film
pertamanya saja sudah ada bumbu-bumbu akan timbulnya perang
pemberontakan saat adegan Three Fingers Salute jadi trending topic world
wide dan menjadikannya sebagai ikon The Hunger Games. Iming-iming
lainnya, dalam sebelum sekuel final chapter ini malah ditampakkan
ramenya penghuni dari distrik-distrik yang akan melakukan pemberontakan,
tak kalah juga jumlah pasukan Peacekeeper yang dipunyai Presiden Snow
dari Capitol, tapi kemana mereka dalam final chapter malah ilang dari
peredaran kamera, tak masuk pola sutradara. Terakhir, pertarungan para
Tribute dalam The Hunger Games, udah sempat sebenarnya mengangkat
adrenalin saya akan bagaimana sekuel-sekualnya nanti. Berharap pasti
skillnya para tribute akan banyak dipakai dalam pertempuran, akan
banyak, akan banyak, ternyata memang cuma “akan” dan tak menjadi
kenyataan. Fiuhh…

But, film tak selalu salah bro, mungkin kita yang
salah. Kita? Loe aja kali…hehe. Iya saya mungkin saja salah dengan
mengharapkan ini adalah film action. Coba saya ubah point of viewnya,
saya anggap ini adalah film drama, namun ditambahkan dengan unsur
action, maka film ini will blow your mind. Sisi drama percintaan yang
disuguhkan bener-bener dikemas complicated dan unpredictable sampe
akhir.

Setiap orang dibuat punya prediksi dan dasar yang benar dari sisi
pendapat mereka bahwa si jargonnya film ini, Katniss Everdeen, akan
menjatuhkan pilihannya kepada siapa, Gale ato Peeta. Film semakin
dramatis ketika orang-orang yang dicintai tewas. Lebih dahsyat lagi
unsur drama politiknya, hanya sedikit memang konspirasinya, tapi sedikit
itu lebih dari cukup untuk membuat Twist yang sangat explode.

Akting
drama para pemain cukup dapat disini, yang cukup unik adalah tak perlu
menampakkan muka sinis untuk menjadikannya antagonis dan tak perlu
menampakkan memelas untuk membuat mereka protagonis.
Sebagai film
drama, ini exclusive deh, but not as action movie, this was so pathetic,
sebagai film action ini jauh dari kata bagus, apalagi film Part II ini
ada beberapa cacat kemasan actionnya, hanya imajinasi penggambaran Pod,
ranjau milik The Capitol, yang dapat memberikan kejutan buat penonton
termasuk saya.

Btw, ane salut ama yang bikin filmnya, karena ini ane
yakin sebagai sindiran terhadap keadaan dunia di negara manapun.
Bagaimana mengelola sebuah negara dengan beragam daerah dan tingkat
pemerataan hak dan kesejahteraan. Rakyat di daerah bekerja dan menderita
hanya untuk mensejahterakan dan menyenangkan pihak pejabat, ibukota dan
penghuninya. Termasuk juga cara-cara “lucu” dalam mengutarakan rencana
dan aksi perpolitikannya, mereka bikin iklan bergantian, trus tiap
adegan yang bagus-bagus direkam dan ditayangin di tv. Semua ini sangat
mirip dengan kondisi negara kita sendiri, Indonesia! Inilah cerminan
bangsa kita yang sibuk dengan politik pencitraan, adu domba, semua
saling ingin berkuasa, dan matinya demokrasi!

Salam 3 jari.
Review The Hunger Games Movies
Udah bacanya? Gimana kalo menurut kamu? 

Jangan lupa komen,karena pembaca yang baik adalah
yang meninggalkan jejak, jangan dibaca doank karena ini bukan koran,
hehe.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top