Kini saatnya untuk topten-topten-an urusan film di tahun 2021. Dibanding tahun sebelumnya, perbedaan signifikannya adalah sudah lebih banyak ya film yang bisa disaksikan di bioskop (well, ada bolong beberapa bulan sih). Tapi, karena keadaan juga masih penuh keterbatasan, yang bisa tayang di bioskop tetap nggak terlalu banyak, dan nggak semua yang di bioskop itu bisa langsung meninggalkan kesan. Jadi, gw kayaknya masih akan menggunakan prasyarat entri yang mirip-mirip dengan tahun lalu, pasti akan ‘menarik’ sekali hehehe.
Film yang gw masukkan ke senarai adalah film-film feature baik lokal maupun internasional yang resmi rilis di bioskop Indonesia dalam tahun 2021. Atau, film-film yang pertama kali dirilis tahun 2021 di teritori Indonesia via platform streaming (cth: Netflix, Prime, Disney+ Hotstar, HBO Go, etc.), on-demand/sewa (cth: Play Movies/YouTube, Catchplay), atau home video DVD/Blu-Ray (ini beneran udah nggak ada kayaknya) atau di festival-festival film yang diadakan di Indonesia, dengan catatan film tersebut sebelumnya sudah pernah dirilis di bioskop negara asalnya dalam rentang waktu 2020-2021. Gw mah seadanya aja pokoknya. Yang penting syarat utamanya tetap sama: film-film yang meninggalkan kesan buat gw pribadi. Gw nggak bilang yang paling “bagus” secara objektif ya, melainkan yang paling berkesan.
Dengan prasyarat demikian, hasilnya seperti apa? Mari digulir ke bawah…
HONOURABLE MENTIONS (in alphabetical order)
Josee, the Tiger and the Fish, dir. Kotaro Tamura
Anime cakep dan cerita yang manis-lucu jadi daya tarik utama. Tetapi, buat gw pribadi film ini jadi punya nilai plus karena menampilkan pemandangan Osaka yang otentik dalam versi anime–secara gw selalu ada
Pernyataan ‘Steven Spielberg menyutradarai film musikal’ saja sudah bikin merinding. Dan benar saja, adaptasi pentas musikal Broadway (yang pernah difilmkan di tahun 1961) ini bukanlah buat-ulang yang remeh. Dari pemilihan cast, akting, hingga rancang visual, film ini memberikan sajian musikal layar lebar yang mumpuni. Namun, yang tak kalah penting, film menggali lebih dalam ceritanya, sehingga atmosfer beritegang antargeng yang melatarbelakangi plotnya tak terasa sambil lalu, sekalipun utamanya tetap kisah cinta sambil nyanyi-nyanyi.
Meski gw bukan pembenci film
Gw mantap menyatakan film animasi CG kedua Doraemon ini lebih bagus dari pendahulunya, bahkan sejak pemilihan bagian kisah yang mau diangkat. Dengan mengambil episode-episode petualangan lintas waktu, film ini memanfaatkannya untuk meninjau ulang tokoh-tokoh kesayangan dari seri Doraemon secara lebih utuh dan mendalam. Dan, di luar kualitas animasi yang makin bagus dan plotnya yang clear, pastinya film ini tetap mampu bikin tawa dan haru.
Salah satu sutradara favorit kembali mempersembahkan sebuah film yang agak lain dari yang lain. Film ini lajunya mungkin nggak selincah karya Wright yang sudah-sudah, pun lucunya berkurang. Namun, film psychological thriller mystery ini mampu menyajikan adegan demi adegan yang selalu mencengkeram perhatian, baik itu yang dramatic maupun yang thrilling, dalam tata audio visual yang selalu keren. Film ini pun mengusung isu penting yang dituturkan dengan kecermatan dan terintegrasi, tanpa mengorbankan nilai hiburannya.
Lewat penuturannya yang mengalir tanpa serba menggebu-gebu ataupun terlampau hening, pergolakan yang dialami tokoh-tokohnya bisa terasa jelas dan kuat, khususnya dari Yuni, si remaja yang tiba-tiba dihadapkan pada pilihan-pilihan hidup yang belum sepenuhnya ia pahami. Performa dan pengarahan akting menjadi amunisi utama dalam mewakili realitas keseharian tentang bagaimana masyarakat kerap menganggap dan memperlakukan kaum perempuan sejak mudanya. Film ini juga tampil sebagai sajian yang humanis, penuh empati, sesekali humoris, sehingga mampu membahas keresahannya dengan cara yang tetap komunikatif.
Bukan sekadar film action yang riuh (dan untungnya memang digarap seru sekali), film ini juga jadi perayaan yang layak terhadap legacy sosok Spider-Man. Kemunculan banyak tokoh dari universe lain pun nggak disia-siakan dalam cerita, malah semakin memperkayanya. Jalinan plotnya terbilang nggak terlalu terpakem film-film Marvel lainnya, biang konfliknya simpel dan mencerminkan Spider-Man versi ini yang masihlah bocah, dan dengan penyelesaian yang mungkin nggak disangka-sangka. Gw termasuk yang akur menganggap film ketiga Spider-Man versi MCU ini adalah salah satu theatrical experience yang istimewa di tahun 2021.
Buat gw ini salah satu contoh sempurna bahwa film yang mindblowing nggak harus serba njlimet ataupun bising. Drama ini berkisah soal seorang manula yang mulai mengidap pikun sehingga ingatannya mulai tertukar-tukar, baik itu soal tempat, waktu, maupun rupa wajah. Karena sudut penceritaannya dari si bapak yang pikun ini, mungkin awalnya penonton agak dipaksa untuk merangkai sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Sampai kemudian disadari bahwa yang lebih matters adalah menyaksikan bagaimana sebuah penyakit yang kebanyakan dari kita cuma sering dengar-dengar saja, menjadi penghalang besar bagi sebuah keluarga untuk saling mengerti dan menyatakan kasih sayangnya. Brilian.
Gw bersyukur bisa menyaksikan film musikal modern ini di layar lebar sekalipun jadwalnya nggak bertahan barang seminggu saja di bioskop sini. Bukan melulu kisah cinta-cintaan, film ini berbicara tentang jalan menuju mimpi para tokohnya dengan segala struggle yang harus dihadapi sebagai minoritas Latin/Afro-Latin di New York. Ceritanya mungkin bukan yang paling spesial, namun semuanya dieskalasi oleh lagu-lagu berirama Latin dan hiphop yang gempita dan menggedor emosi, pengadeganan yang atraktif dan ritmenya asyik, serta performa dan koreografi yang ekspresif, enerjik, dan sepenuh hati. Jelas salah satu experience bioskop yang paling memuaskan dan mengesankan di sepanjang tahun 2021.
Sebuah futuristic (space?) opera yang digarap tak seperti yang sudah-sudah. Film ini mampu membangun world-building-nya dengan mulus perihal teknologi, gaya hidup, filosofi, hingga politik orang-orang yang hidup ribuan tahun yang akan datang, tanpa mengesampingkan plot utama perjalanan seorang pemuda dalam membuat perubahan besar. Satu hal yang paling gw kagumi dari film ini adalah skalanya yang beneran terlihat akbar dan nyaris nggak kelihatan ‘visual effects’ (padahal mah pasti banyak), sehingga memungkinkan yang nonton larut dalam semestanya dan semakin fokus ke cerita dan tokoh-tokoh yang diperankan dengan jos. Action-nya mungkin nggak banyak tetapi nggak membuat gw kehilangan takjub. Beneran epic dalam pengertian semestinya.
Jadi, film ini rilis di bioskop Indonesia tahun 2021, dan gw nontonnya juga sesuai jadwal itu, boleh dong =]. Apalagi, gw merasa nggak ada theatrical experience gw sepanjang setahun lalu yang se-distinct ini. Ide filmnya sendiri sudah gila, yaitu tentang manusia bergerak melawan arus waktu, terus dimasukkan dalam plot pembasmian teroris layaknya James Bond atau Mission: Impossible. Tampilan penggambaran dari dua macam arus waktu bolak-balik sangatlah intriguing dan memukau, lalu eh mulai keder ketika masuk poin-poin cerita yang menempatkan dua arah arus waktu di tempat dan ‘saat’ yang sama, wah berasa butuh neguk Cerebrofort. Tetapi, bagaimana pun film ini tetaplah film yang sangat seru, adegan action-nya gila-gila sih, dan kisahnya nggak pernah lari dari tujuan premisnya. Pun segala kekederan itu malah bikin film ini susah hilang dari ingatan. Nolan lagi-lagi berulah di ide cerita, tetapi beliau nggak lupa untuk selalu bikin spectacle membahana yang menyukakan indera orang-orang.
See also:
My Top 10 Albums of 2021
My Top 10 International Songs of 2021
My Top 10 Indonesian Songs of 2021
My Top 10 (+10) J-Pop Songs of 2021

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.






